DAFTAR
ISI
HALAMAN
SAMPUL................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI................................................................................................................ iii
DAFTAR
TABEL....................................................................................................... iv
I.
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................................. 2
II. TINJAUAN
PUSTAKA......................................................................................... 3
III. METODE PRAKTIKUM.................................................................................... 6
A. Bahan
dan Alat............................................................................................... 6
B. Prosedur Kerja................................................................................................ 6
IV. PEMBAHASAN.................................................................................................... 7
V. KESIMPULAN DAN
SARAN.............................................................................. 12
A. Kesimpulan.................................................................................................... 12
B. Saran.............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 13
LAMPIRAN................................................................................................................ 15
Lampiran
1. Pustaka....................................................................................... 15
DAFTAR
TABEL
Tabel
4.1 Intensitas Cahaya Jenuh Untuk Beberapa Kultivar Tanaman....................... 9
A.
Latar Belakang
Teknik
dasar laboratorium merupakan salah satu mata kuliah yang ada pada program studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Mata kuliah
teknik dasar laboratorium merupakan praktikum yang berfungsi untuk membekali
dasar-dasar dalam penggunaan laboratorium. Pada praktikum acara ini akan
membahas mengenai intensitas cahaya. Hubungan antara intensitas cahaya dengan
pertumbuhan dari tanaman yang sudah dijelaskan pada dua praktikum sebelumnya
yaitu mengenai pengamatan variabel tinggi tanaman dan pengukuran klorofil
dengan menggunakan BWD. Selain itu, tanaman yang digunakan ditempatkan dalam
tempat yang memiliki naungan dan tanpa naungan untuk bisa dianalisis perbedaan
dari penggunaan naungan terhadap tanaman.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya sangat berpengaruh terhadap
efisiensi fotosintesis suatu tanaman. Penyesuaian tanaman naungan dan tanaman
tahan panas terhadap intensitas cahaya menghasilkan proses fotosintesis yang efisien
sehingga kedua jenis tumbuhan dapat tetap hidup dan mempunyai produktivitas
yang tinggi. Selain itu, Penggunaan naungan pada tanaman digunakan untuk
mengatur intensitas cahaya yang masuk agar tidak terlalu tinggi (Yustiningsih,
2019).
Intensitas
cahaya yang berasal dari energi matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman berdasarkan pada kualitas cahaya, intensitas cahaya dan lamanya
penyinaran pada suatu tempat. Pengaruh dari ketiga unsur tersebut bagi tanaman
adalah untuk melakukan pembentukan klorofil, pembukaan stomata, pembentukan
pigmen merah, perubahan suhu daun atau batang, penyerapan hara, permeabilitas
dinding sel, transpirasi dan gerakan protoplasma (Arimbawa, 2016).
Untuk bisa mengetahui skala intensitas cahaya pada suatu
tempat terdapat alat ukur yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yaitu
lux meter. Lux meter digunakan dengan mengukur tingkat cahaya pada suatu tempat
dengan satuan “Lux”. Namun, pada praktikum kali ini tidak menggunakan lux meter
untuk bisa melihat parameter dari pertumbuhan tanaman yang diukur. Pengaruh
penggunaan naungan dan tanpa naungan menjadi hal utama pada praktikum ini untuk
bisa menilai intesitas cahaya yang diserap pada tanaman dan pengaruhnya
terhadap tanaman tersebut.
B.
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui
pengaruh intensitas cahaya terhadap tanaman jagung dan kacang hijau pada tempat
naungan dan tanpa naungan.
2.
Mengetahui
cara kerja dan cara pengukuran menggunakan alat pengukur intensitas cahaya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Cahaya
adalah bagian dari spektrum radiasi elektromagnetik yang terlihat oleh mata
manusia. Cahaya tampak (juga dikenal sebagai cahaya tampak) biasanya terdiri
dari semua komponen warna spektrum cahaya. Spektrum cahaya dibagi dengan
rentang panjang gelombangnya. Panjang gelombang yang berbeda ditafsirkan oleh
otak manusia sebagai warna (Pamungkas, 2015).
Cahaya matahari merupakan energi yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Pada dasarnya, tumbuhan memerlukan cahaya matahari yang digunakan
untuk proses metabolisme sel seperti fotosintesis. Fotosintesis merupakan salah
satu proses yang ada dalam tubuh tanaman yang dapat menangkap energi dari
cahaya matahari kemudian energi tersebut dirubah menjadi energi kimia dengan
serangkaian proses dan disimpan dalam bentuk karbohidrat. Karbohidrat yang
terdapat pada fotosintesis digunakan sebagai penentu untuk proses pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan (Nababan, 2018).
Intensitas cahaya matahari yang diserap oleh tumbuhan dapat
diatur dengan menggunakan naungan. Naungan merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk mengatasi intensitas cahaya matahari terlalu tinggi. Naungan
diberikan pada budidaya tanaman yang termasuk ke dalam kelompok C3 maupun pada
saat fase pembibitan. Fungsi dari naungan adalah untuk mengatur cahaya matahari
yang masuk dan akan dibiaskan menuju tanaman. Selain itu, naungan juga
berfungsi sebagai penghindar tetesan hujan yang langsung menuju tanaman agar
tidak merusak proses pertumbuhan tanaman (Ramadhan, 2019).
Tanaman secara luar biasa bisa menyesuaikan diri pada
bermacam keadaan lingkungan cahaya, dari keadaan sangat gelap di dasar kanopi
ekosistem hutan hingga keadaan sangat terang di wilayah gurun pasir serta
puncak pegunungan. Pada keadaan area sinar yang rendah, tanaman harus bisa
menyerap sinar dengan lumayan untuk bisa tetap hidup. Untuk dapat melaksanakan
hal ini, mereka harus mengoptimalkan terhadap jumlah sinar yang diserap.
Kebalikannya, pada keadaan area sinar yang tinggi, selain tanaman harus
mengoptimalkan kapasitas pemakaian sinar, mereka juga harus memiliki keahlian
menanggulangi kelebihan sinar kala sinar matahari yang mereka terima lebih
besar dari kapasitas fotosintesisnya. Sebagai akibat dari tekanan area ini
tanaman memiliki sebagian mekanisme untuk bisa memaksimalkan intersepsi,
penyerapan, serta pemakaian sinar, bersumber pada area sinar dimana mereka
berkembang dan tumbuh. Energi cahaya yang digunakan oleh tanaman dalam proses
fotosintesis berkisar antara 0,5 hingga dengan 2% dari jumlah total tenaga
matahari yang ada untuk proses perkembangan. Sebaliknya hasil fotosintesis yang
tercipta tersebut akan menurun apabila intensitas sinar matahari yang di terima
kurang dari batasan maksimal yang diperlukan oleh tanaman, serta ini sangat
bergantung pada tipe tanaman (Utami, 2018).
Matahari tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi untuk
fotosintesis, tetapi juga memiliki berbagai efek pada pertumbuhan tanaman.
Kurangnya cahaya mempengaruhi keadaan fisiologis jaringan tanaman. Oleh karena
itu, kandungan karbohidrat menurun dengan intensitas cahaya rendah atau gelap.
Perubahan kadar hormon endogen atau komponen fisiologis lainnya kemungkinan
akan dipengaruhi oleh perubahan intensitas, durasi, atau kualitas cahaya
(Wulandari, 2016).
Penaungan mengakibatkan perubahan terhadap cahaya matahari
yang diterima tanaman, baik intensitas maupun kualitasnya. Pengaruh cahaya
terhadap tanaman sangat kompleks, yaitu mempengaruhi proses fotokimia dan juga
bentuk dan ukuran tanaman. Namun pemberian naungan hanya dapat menurunkan suhu
udara relatif rendah yaitu menurunkan suhu maksimum dan sedikit menaikan suhu
minimum. Salah satu naungan yang dipakai dalam praktikum pada acara-acara sebelumnya
adalah dengan menggunakan naungan paranet (Nurshanti, 2011). Selain itu,
penggunaan naungan mengakibatkan cahaya matahari yang diterima tanaman lebih
rendah sehingga mendorong pertumbuhan vegetatif yang lebih besar dibandingkan
tanpa naungan (Wijayanto dan Azis, 2013 dalam Susilawati, 2016).
Terdapat
alat ukur yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya adalah lux meter. Lux
meter digunakan dengan mengukur tingkat cahaya pada suatu tempat dengan satuan
“Lux”. Selain lux meter terdapat juga alat ukur yang digunakan untuk mengukur
intensitas cahaya yaitu light meter. Light meter adalah instrumen
yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya. Light meter dapat
digunakan untuk menentukan pencahayaan yang tepat untuk fotografi, sinematografi,
arsitektur, interior, bahkan lanskap agar tumbuhan mendapatkan kadar sinar yang
sesuai dengan jenisnya (Prameswari, 2018).
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
Alat
yang digunakan pada praktikum yang tertera di video adalah lux meter.
B.
Prosedur Kerja
Praktikum
pada video tersebut dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:
1.
Siapkan
alat yaitu lux meter yang akan digunakan.
2.
Nyalakan
lux meter dengan menekan tombol on pada alat.
3.
Setelah
lux meter menyala, akan terdeteksi angka pada layar dengan satuan lux.
4.
Setelah
skala tersebut berhenti berubah, tekan tombol hold pada alat.
5.
Catat
hasil pengukuran pada buku.
6.
Matikan
kembali alat yang sudah digunakan.
IV.
PEMBAHASAN
Cahaya merupakan bentuk dari radiasi
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata dan memiliki panjang gelombang
dengan jangkauan 0,4 x 10-4 − 0.75 x 10-4cm dalam pengukuran
cahaya. Sedangkan intensitas cahaya adalah flux cahaya per satuan sudut ruang
yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Besarnya intensitas cahaya diukur
dalam satuan candela (cd).
Alat
yang mengukur cahaya adalah lux meter. Sebuah lux meter memiliki satuan lux
yang didefinisikan sebagai satuan meter untuk mengukur cahaya pada permukaan.
Kisaran intensitas cahaya lux meter adalah 1 hingga 100.000 Lux. Ini terdiri
dari tiga komponen utama: lux meter, bingkai, LED dan fotodioda. Prinsip
pengoperasian luxmeter adalah mengubah energi cahaya menjadi arus listrik dan
menampilkannya pada LED.
Pada
video yang ditampilkan, pengukuran intensitas cahaya dilakukan di tempat terang
dan di tempat gelap. Pengukuran yang dilakukan di tempat terang menghasilkan
cahaya dengan intensitas 73 lux. Sedangkan di tempat yang redup pada video
tersebut menampilakn intensitas cahaya sebesar 1 lux. Perbedaan nilai lux yang
dihasilkan terjadi karena intensitas cahaya pada ruangan tersebut. Saat gelap,
nilai lux yang ditampilkan akan semakin rendah. Saat terang, nilai lux yang
muncul akan semakin tinggi.
Pada
beberapa keadaan luar ruangan dengan intensitas cahaya matahari langsung,
cahaya yang dipancarkan matahari ke permukaan bumi menghasilkan iluminasi yang
sangat besar yaitu lebih dari 100.000 lux pada kondisi langit cerah. Pada
kondisi langit berawan, nilai luxnya adalah sekitar 10.000 lux. Iluminasi
merupakan suatu ukuran dari cahaya yang jatuh pada sebuah bidang permukaan,
contohnya adalah iluminasi yang dihasilkan dari intensitas cahaya pada
permukaan seluas satu meter persegi sebuah lahan atau lumen per meter persegi.
Tujuan dari adanya perhitungan iluminasi adalah untuk mendapatkan hasil yang
akurat dan dapat dipakai sebagai perbandingan dengan hasil pengukuran ecara
langsung sehingga diperoleh instalasi pencahayaan yang optimal (Ma’arif, 2012).
Pada
praktikum acara kedua yaitu mengenai pertumbuhan tanaman, berhubungan dengan
intensitas cahaya matahari dengan menggunakan naungan dan tanpa naungan.
Terdapat perbedaan tinggi tanaman pada saat ditempatkan di tempat dengan
menggunakan naungan dan tanpa naungan. Pada tanaman jagung hal tersebut terjadi
karena faktor intensitas cahaya yang rendah dapat mempengaruhi dari pigemn
cahaya yang terbatas sehingga laju fotosintesis dalam tanaman tersebut akan
rendah dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dari tanaman jagung
tersebut. Selain itu, naungan dengan menggunakan paranet akan menghalangi beberapa
persen sinar matahari yang masuk dan diserap oleh tanaman (Wulandari, 2016).
Proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman naungan akan berjalan sangat
lambat karena sinar matahari hanya sedikit yang diserap oleh tanaman jagung
akibatnya hasil fotosintat akan berkurang dan pertumbuhan terhambat. Hal
tersebut dapat dilihat dari keadaan batang tanaman jagung dan daun yang
berukuran kecil. Sedangkan keadaan batang dan daun jagung yang ditempatkan di
tempat terang memiliki penampakan yang lebih besar dan subur.
Tingkat
kecerahan yang optimal dari sinar matahari akan mempengaruhi aktivitas stomata
yang menyerap CO2. Ketersediaan kandungan CO2 sebagai
bahan baku sintesis karbohidrat seharusnya memberikan efek peningkatan tinggi
tanaman dan indeks luas daun dibandingkan dengan tidak adanya naungan.
Peningkatan tinggi tanaman karena efek sinergis ini disebabkan oleh adanya zat
auksin dan giberelin yang menyebabkan terjadinya pemanjangan batang (Hamdani,
2016).
Pada
tanaman kacang hijau, perbedaan tinggi tanaman antara ternaungi dan tidak
ternaungi disebabkan oleh pengaruh pepohonan dan peristiwa etiolasi. Peristiwa etiolasi ini terjadi ketika tanaman
yang ditempatkan di tempat gelap tumbuh lebih cepat daripada tanaman yang
ditempatkan di tempat yang terkena cahaya sehingga menghasilkan kekerasan dan
tidak berkembang. Namun, tanaman kacang hijau yang tidak memiliki klorofil ini
akan menjadi pucat, mati, dan tidak memiliki daun. Dengan tidak adanya cahaya,
auksin merangsang pertumbuhan sel dan menyebabkannya tumbuh. Sebaliknya, jika
cahaya terlalu kuat, auksin akan rusak dan pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Cahaya menyebarkan auksin yang rusak ke sisi gelap. Laju pertumbuhan tanaman
memanjang cepat menurun dan batang menjadi lebih pendek, tetapi tanaman yang
kuat sepenuhnya berkembang dan menjadi daun berwarna hijau. (Maghfiroh, 2017). Hal
tersebut terjadi karena intensitas cahaya yang masuk terhalang oleh paranet
pada tempat teduh. Sedangkan pada tempat terang intensitas cahaya yang diserap
tanaman lebih besar sehingga penyerapan energi matahari secara langsung dapat
terserap.
Pengaruh
intensitas cahaya pada tanaman jagung dan kacang hijau juga berpengaruh
terhadap bobot kering dan bobot basah tanaman. Perbedaan antara berat basah,
berat kering, dan tinggi tanaman disebabkan oleh adanya intensitas cahaya yang
diserap tanaman. Pada tanaman yang memiliki cahaya cukup akan lebih besar
kemungkinan laju transpirasi besar sehingga pertumbuhan akan lebih cepat dan
memiliki tanaman sehat. Sedangkan pada tempat teduh beberapa tanaman menunjukan
adanya kekurangan cahaya seperti tanaman kecil dan berukuran kerdil. Pengaruh
tersebut berdampak pada berat kering dan berat basah tanaman yang diukur karena
kandunga air dan klorofil hasil dari transpirasi akan terlihat. Kondisi
ternaungi tanaman mengalami keterbatasan jumlah energi matahari yang dapat
diserap untuk proses fotosintesis yang optimal sehingga mengakibatkan berat
kering dan berat basah tanaman yang dihasilkan akan berbeda dengan tanaman yang
ditempatkan pada tanpa naungan (Chairudin, 2015).
Berdasarkan
Utami (2018) terdapat beberapa kondisi tipe intensitas cahaya pada berbagai
tanaman, yaitu:
Tabel
4.1 Intensitas Cahaya Jenuh Untuk Beberapa Kultivar Tanaman
No. |
Kultivar
Tanaman |
Intensitas Cahaya Jenuh
(Foot Candle) |
1. |
Tebu (Saccarrum
officcinarum) |
6000 |
2. |
Padi (Oryza sativa):
Yaponica (padi subtropika), Indica (padi tropika) |
5000 – 6000 |
3. |
Gandum (Triticum aestivum) |
3800 |
4. |
Bit Gula (Beta vulgaris) |
5300 |
5. |
Kentang (Solanum
tuberosum) |
4400 |
6. |
Jagung (Zea mays) |
3000 |
7. |
Alfalfa (Medicago sativa) |
2500 – 3000 |
8. |
Bunga Matahari (Helianthus
annuus) |
3400 – 4700 |
9. |
Kedelai (Glicyne max) |
2800 |
10. |
Tomat (Lycoper
sicumesculentum) |
2300 |
11. |
Tembakau (Nicotiana
tabacum) |
2000 |
12. |
Apel (Malus sylvestris) |
2300 |
13. |
Castor bean |
4050 – 4400 |
14. |
Kapas (Gossypium hirsutum) |
2200 |
Pada
praktikum acara lima, intensitas cahaya juga dapat mempengaruhi kandungan
klorofil pada daun. Klorofil sebagai salah satu komponen terpenting dalam
proses fotosintesis yang menangkap dan menyerap cahaya matahari menjadi energi
kimia. Selain itu, intensitas cahaya berpengaruh terhadap laju fotosintesis
karena cahaya akan diserap oleh fotosistem yang terdiri dari klorofil a, b dan
pigmen-pigmen pelengkap. Energi inilah yang digunakan untuk biosintesis
karotenoid. Akibatnya, tanaman akan berusaha melakukan adaptasi penyerapan
cahaya yang terbatas, namun fotosintesis harus berjalan optimal (Wulandari,
2016).
Pengaruh
naungan terhadap pertumbuhan tanaman juga dapat dilihat pada tanaman yang
ditanam di bawah naungan. Semakin tinggi naungan, semakin sedikit pertumbuhan
tanaman di bawah naungan. Pada saat yang sama, radiasi matahari, sumber cahaya
utama tanaman, merupakan salah satu persyaratan utama untuk kelangsungan
fotosintesis. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh pencahayaan sistem
agroforestri yang lebih kompleks, antara lain penyinaran cahaya di bawah kanopi
tidak konstan, tetapi konstan di bawah naungan buatan. Dalam sistem
agroforestri, ada persaingan untuk air dan nutrisi antara tanaman sela dan
pohon.
Pengaruh dari naungan pada pertumbuhan tanaman juga dapat
terlihat pada tanaman yang tumbuh dibawah naungan. Pertumbuhan tanaman dibawah naungan
semakin terhambat bila tingkat naungan semakin tinggi. Sementara radiasi
matahari, sebagai sumber utama cahaya bagi tanaman, menjadi salah satu syarat
utama kelangsungan proses fotosintesis. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena
cahaya pada sistem agroforestri bersifat lebih kompleks antara lain radiasi
cahaya dibawah pohon tidak konstan sedangkan dibawah naungan buatan selalu
konstan. Selain itu, pada sistem agroforestri juga terjadi kompetisi untuk memperoleh
air dan nutrisi antara tanaman sela dan pohon (Setiyawan, 2014).
Intensitas cahaya akan berpengaruh
terhadap efisiensi fotosintesis suatu tanaman. Penyesuaian tanaman naungan dan
tanaman tanpa naungam terhadap intensitas cahaya akan menghasilkan proses
fotosintesis yang efisien sehingga kedua jenis tumbuhan dapat tetap hidup dan mempunyai
produktivitas yang tinggi. Selain itu pengaruh dari intensitas cahaya
berpengaruh terhadap beberapa parameter, yaitu tinggi tanaman, berat kering
tanaman, berat basah tanaman, dan klorofil pada tanaman.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diperoleh dari praktikum acara 6 ini, yaitu:
1.
Intensitas
cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Parameter
yang berpengaruh pada praktikum kali ini adalah pada tinggi tanaman, berat
kering tanaman, berat basah tanaman, dan klorofil pada tanaman. Pengaruh
tersebut terjadi karena perbedaan intensitas cahaya pada tempat teduh dan
terang.
2.
Alat
untuk mengukur intensitas cahaya adalah dengan menggunakan lux meter atau light
meter. Alat tersebut biasa digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang sesuai
agar bisa mengetahui jumlah cahaya yang tepat untuk beberapa jenis tanaman.
B.
Saran
Saran
untuk penelitian selanjutnya adalah dapat melihat dan menggunakan secara
langsung intensitas cahaya yang digunakan dengan menggunakan lux meter agar
bisa mengetahui intensitas cahaya pada naungan dan tanpa menggunakan naungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anni,
I. A. 2013. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang
Daun (Allium fistulosum L.) di Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal Biologi.
2(3): 31-40.
Arimbawa,
I. W. P. 2016. Dasar-dasar Agronomi. Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana, Denpasar.
Chairudin.
2015. Dampak Naungan Terhadap Perubahan Karakter Agronomi dan Morfo-Fisiologi
Daun Pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Floratek.
10: 26-35.
Hamdani,
J. S. 2016. Pengaruh Naungan dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Kentang Kultivar Atlantik di Dataran Medium. Jurnal Agronomi
Indonesia. 44(1): 33-39.
Ma’arif,
M. A. 2012. Sistem Penerangan Tanpa Listrik: Terobosan Pemanfaatan Sinar
Matahari di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains
VII UKSW. Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana.
Maghfiroh,
J. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. 51-58.
Nababan,
R. S. 2018. Pengujian Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Tanaman Jagung dalam
Ruangan. e-Proceeding of Engineering. Desember 2018, Fakultas Teknik
Elektro, Universitas Telkom. 5(3): 5809-5816.
Nurshanti,
D. F. 2011. Pengaruh beberapa tingkat naungan terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman seledri (Apium graveolens L.) di polibag. AgronobiS. 3(5):
12-18.
Pamungkas,
M. 2015. Perancangan dan Realisasi Alat Pengukur Intensitas Cahaya. Jurnal
Elkomika. 2(3): 120-132.
Prameswari,
P. D. 2018. Modul Laboratorium Tata Cahaya. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Gunadarma.
Ramadhan,
A. F. 2019. Pengaruh Pemberian Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga
Varietas Tanaman Stroberi (Fragaria chiloensis L.) Jurnal Produksi
Tanaman. 7(1): 1-7.
Setiyawan,
D. E. 2014. Pengaruh Perbedaan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga
Varietas Jagung Komposit. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas
Jember, Jember.
Susilawati.
2016. Pengaruh Berbagai Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Semai Cempaka
(Michelia champaca L.) di Persemaian. J. ForestSains. 14(1): 59-66.
Utami.
2018. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian,
Universitas Udayana, Bali.
Wijayanto,
& Azis. 2013. Pengaruh Naungan Sengon (Falcataria moluccana L.) dan Pemupukan
terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih (Canna edulis Ker.). Jurnal
Silvikultur Tropika. 4(2): 62-68.
Wulandari,
I. 2016. Pengaruh Naungan Menggunakan Paranet Terhadap Pertumbuhan Serta
Kandungan Klorofil dan Β Karoten Pada Kangkung Darat (Ipomoea reptans
Poir). Jurnal Biologi. 5(3): 71-79.
Yustiningsih,
M. 2019. Intensitas Cahaya dan Efisiensi Fotosintesis pada Tanaman Naungan dan
Tanaman Terpapar Cahaya Langsung. Bioedu. 4(2):43-48.