PENYAKIT SOSIAL
A.
Pengertian Penyakit Sosial
Berbagai perilaku individu terkait
erat satu sama lainnya dalam setiap kelompok atau masyarakatnya. Masyarakat
adalah suatu kelompok sosial yang terdiri atas kumpulan beberapa individu yang
hidup bersama dan menjalin interaksi sosial dalam suatu daerah dalam jangka
waktu yang relatif lama.
Masyarakat dapat diibaratkan
sebagai tubuh, di mana keadaan masing-masing organ berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan tubuh. Demikian halnya masyarakat, di mana perilaku individu yang
merupakan bagian dari masyarakat menentukan bagaimana keadaan masyarakat secara
kesuluruhan. Misalnya kebiasaan warga masyarakat menjaga kebersihan
lingkungannya akan membentuk situasi lingkungan masyarakat yang bersih, sehat,
rapi, dan indah. Sebaliknya, jika masing-masing warga masyarakat tidak peduli
dengan keadaan lingkungannya, maka situasi lingkungan masyarakat tersebut
diwarnai dengan egoisme dan ketidakteraturan. Masyarakat yang harmonis terbentuk
dari perilaku masing-masing warga masyarakat yang sesuai dengan nilai dan
norma-norma sosial yang berlaku. Keharmonisan kehidupan masyarakat akan
menciptakan suasana masyarakat yang sehat dan teratur.
Seperti halnya dengan tubuh yang
selalu menghadapi kemungkinan adanya berbagai jenis penyakit yang berpengaruh
terhadap kesehatan, di tengah masyarakat juga terdapat berbagai jenis penyakit
yang dapat merongrong kondisi keharmonisan dan keteraturan sosial. Hal-hal yang
dapat mengakibatkan situasi lingkungan masyarakat yang tidak sehat disebut
sebagai penyakit sosial. Penyakit
sosial merupakan bentuk kebiasaan berperilaku sejumlah warga masyarakat yang
tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berpengaruh terhadap kehidupan
warga masyarakat.
B.
Macam-Macam Penyakit Sosial
Penyakit sosial merupakan bentuk
kebiasaan masyarakat yang berperilaku tidak sesuai dengan nilai dan norma
sosial, sehingga menghasilkan perilaku menyimpang. Beberapa kebiasaan warga
masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai bentuk penyakit sosial antara lain
kebiasaan minum-minuman keras, berjudi, menyalahgunakan narkoba, penyakit
HIV/AIDS, penjaja sex komersial (PSK), dan sebagainya.
1.
Minum-Minuman Keras
Minuman keras atau sering disingkat
miras adalah minuman yang mengandung alkohol. Minuman beralkohol dikategorikan
menjadi tiga golongan berdasarkan kadar alkohol yang terkadung di dalamnya,
yaitu:
a.
Minuman
beralkohol golongan A , mempunyai kandungan alkohol sebanyak 1 % sampai 5 %.
b.
Minuman
beralkohol golongan B, mempunyai kadar alkohol lebih dari 5 % sampai 20 %.
c.
Minuman
beralkohol golongan C, mempunyai kadar alkohol lebih dari 20 % sampai 55 %.
Alkohol termasuk zat adiktif, yakni
zat yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Di samping itu,
alkohol juga termasuk golongan depresan yang dapat memperlambat aktivitas otak
dan sistem saraf. Sifat alkohol yang antiseptik sebagai larutan pelawan kuman
sering dipergunakan oleh tenaga medis (dokter, perawat, bidan) untuk membersihkan
peralatan yang akan dipergunakan untuk kegiatan pengobatan, misalnya alat
suntik, mencuci peralatan operasi bedah, mensterilkan ruangan, dan sebagainya.
Masyarakat Eropa adalah kelompok
masyarakat yang terbiasa meminum minuman beralkohol untuk menghangatkan tubuh
guna melawan dinginnya lingkungan. Akan tetapi, mereka meminum alkohol tidak
lebih dari satu gelas kecil (sloki) berukuran 10 ml dan hanya beberapa teguk
saja, itu pun dilakukan tidak setiap saat.
Minum minuman beralkohol dalam
jumlah banyak dapat menimbulkan mabuk bahkan tak sadarkan diri, karena alkohol
berpengaruh terhadap kerja dan fungsi susunan saraf. Pemakaian alkohol dalam
jangka waktu lama akan menimbulkan kerusakan pada organ hati dan otak serta menimbulkan
efek ketergantungan.
Orang yang kecanduan alkohol akan
menunjukkan gejala-gejala seperti mual, gelisah, gemetar, sukar tidur. Pengaruh
alkohol mengakibatkan perilaku emosional, tak terkendali, dan agresif. Hal
tersebut dapat dibuktikan bahwa banyak pelaku tindak kriminal selalu diawali
dengan meminum minuman keras, sehingga tindakannya bisa di luar batas
perikemanusiaan.
2.
Judi
Judi merupakan kegiatan permainan
yang bertujuan memperoleh uang tanpa bekerja dan hanya mengandalkan faktor
spekulasi. Permainan judi selalu dilatarbelakangi oleh masalah ekonomi yang
bertujuan memperoleh uang secara cepat tanpa bekerja melalui suatu permainan.
Kebiasaan berjudi membuat orang menjadi malas dan tidak mau bekerja, tetapi
mempunyai ambisi besar untuk mendapatkan uang dalam jangka waktu
singkat.Seperti halnya miras, berjudi dapat membuat orang ketergantungan,
sehingga ia rela menghabiskan waktu dan pikirannya hanya untuk berjudi.
Kebiasaan berjudi akan membentuk seseorang tumbuh menjadi pribadi yang
cenderung emosional, tidak sabaran, tidak mampu berfikir logis, dan pemalas.
3.
Narkoba
Istilah narkoba merupakan singkatan
dari narkotika dan obat-obatan terlarang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1997 tentang Narkotika, narkotika diartikan sebagai zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Menurut Dr D.J. Siregar, istilah
narkotika berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata “narkotikos”, yang
berarti keadaan seseorang yang kaku seperti patung atau tidur.
Dalam dunia kedokteran narkoba
sangat diperlukan sebagai sarana pengobatan. Misalnya sebagai obat penenang
atau obat bius dan penghilang rasa sakit pada pasien.
Orang yang menyalahgunakan
pemakaian narkoba merupakan bentuk penyalahgunaan yang bukan hanya merusak diri
sendiri, tetapi juga mengganggu lingkungan sosial akibat sikap yang ditimbulkan
dari ketergantungan terhadap narkoba. Orang yang mengalami ketergantungan pada
narkoba biasanya akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan narkoba,
seperti mencuri, merampok, dan merampas. Penyalahgunaan narkoba seringkali
menyebabkan masalah kejiwaan dan kesehatan yang serius bagi penggunanya.
Kehidupan sosial pemakai narkoba menjadi terganggu, sukar bergaul dan cenderung
mudah terpengaruh tindak kejahatan.
Pengaruh narkoba terhadap tubuh
yang sehat akan mengakibatkan gangguan mental dalam bentuk emosional, perilaku
tidak terkendali, penurunan daya ingat yang sangat drastis, kerusakan sistem
saraf otak. Adapun secara umum, ciri-ciri pemakai narkoba antara lain:
a.
Daya konsentrasi
menurun,
b.
Malas, gairah
untuk hidup hilang,
c.
Tidak peduli
terhadap keadaan dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya,
d.
Tidak mampu
menggunakan akal pikirannya secara sehat,
e.
Sangat sensitif,
emosional, dan agresif,
f.
Ketergantungan
terhadap narkoba akan menimbulkan rasa sakit pada sekujur tubuh.
4.
Penyakit HIV/AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome) adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh akibat infeksi
human immunodeficiency virus (HIV). Tubuh yang terserang AIDS akan rentan
terhadap infeksi penyakit, sehingga mengaki- batkan kematian. Saat ini, AIDS
telah tersebar luas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Virus HIV tersebar melalui
pertukaran cairan tubuh, seperti darah, sekreta dari alat kelamin (cairan semen dan cairan vagina),
dan air susu. Oleh sebab itu, HIV menular lewat hubungan seksual dengan
penderita HIV (baik melalui anus atau vagina), kontak melalui darah dan
produk-produk darah (misalnya serum), serta kegiatan menyusui dari ibu
penderita HIV kepada anak yang disusuinya. Meskipun HIV juga terdapat dalam air
ludah dan urin, namun virus ini tidak cukup kuat untuk menyebabkan infeksi.
Kontak biasa dengan orang yang terinfeksi HIV, seperti mengobrol, bersalaman,
makan bersama, dan berenang, tidak akan menularkan HIV.
Selain menimbulkan gejala
influenza, seperti demam, pusing, dan hidung tersumbat, seseorang yang
terinfeksi HIV juga mengalami beberapa gejala, seperti batuk, penurunan berat
badan, pembesaran kelenjar getah bening, gangguan penglihatan, serta gangguan
saraf dan otak. Para pecandu narkoba yang terinfeksi HIV sering mengalami
gejala tambahan, seperti penyakit
kuning, sesak napas, dan jantung berdebar-debar. Apabila jumlah sel turun
sampai di bawah 200 sel per mikroliter darah, orang yang terinfeksi HIV akan
mengalami gejala-gejala infeksi oporturiistik dan kanker, seperti pneumonia
pneumosistis (infeksi paru-paru), sitomegalovirus, herpes, serta kanker sarkoma
kaposi (kanker pembuluh darah) dan kanker leher rahim.
5.
PSK
Pekerja sex komersial (PSK)
merupakan salah satu bentuk penyakit sosial yang tertua di dunia. Kegiatan PSK
yang disebut sebagai prostitusi telah dikenal sejak zaman Romawi Kuno. Meskipun
upaya pemberantasan terus-menerus dilakukan, tetapi praktik prostitusi tetap
saja marak di masyarakat, baik yang berlangsung secara terang-terangan maupun
secara terselubung dengan berkedok dan membaur dalam kegiatan sosial lainnya.
Pada umumnya kegiatan prostitusi
berlatar belakang pada faktor kesulitan ekonomi. Namun secara psikologis, prostitusi
merupakan bentuk kelainan mental yang hanya dapat berhenti atas kesadaran
pelaku semata. Oleh karena itu, meskipun pelaku prostitusi dijaring, dibina,
dan diberi aneka keterampilan agar bekerja secara sewajarnya, namun tetap saja
ia akan kembali menekuni prostitusi sebagai pilihan hidupnya apa pun risikonya.
Melalui prostitusi inilah akan
berkembang subur penyakit- penyakit sosial lainnya, sehingga terciptalah mata
rantai yang tidak terputus, bahkan saling terkait misalnya antara prostitusi
dengan miras, penyalahgunaan narkoba, perjudian, dan proses penularan penyakit
HIV/AIDS.
6.
Kenakalan Remaja
Usia remaja erat kaitannya dengan
perubahan sikap dan pola perilaku pada diri seseorang. Suatu hal yang alamiah
bahwa dunia remaja selalu diwarnai dengan perilaku-perilaku yang menyimpang
dari nilai dan norma yang telah diserapnya, karena keinginannya untuk menemukan
jati diri dan adanya dorongan untuk tidak mau dikendalikan oleh orang lain.
Dalam kondisi alamiah inilah peran orang tua sebagai penanggung jawab mengenai
perilaku anak-anak sangat diharapkan. Kecenderungan remaja terikat dengan lingkungan
sosial sebayanya memudahkan remaja terbawa arus lingkungannya. Oleh karena itu,
orang tua wajib mengenali secara benar siapa saja teman sebaya anaknya yang
sedang memasuki masa remaja.
Kenakalan remaja merupakan bentuk
aktivitas sekelompok remaja yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial
yang berlaku. Sesuai dengan sifat remaja yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan emosi, perilaku mereka mencerminkan gejolak emosi tanpa
mempedulikan lingkungannya. Misalnya kebut-kebutan, membikin
keonaran/keributan, dan selalu melakukan aktivitas-aktivitas untuk memuaskan
rasa ingin tahunya yang sangat besar. Mudahnya remaja terlibat dalam
penyalahgunaan narkoba, miras, merokok bahkan tindak kejahatan merupakan bentuk
perilaku menyimpang yang selalu berawal dari iseng atau coba-coba yang
membuatnya mudah terjerumus ke perilaku menyimpang.
Seiring dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan masyarakat yang selalu berganti generasi, maka gejala
kenakalan remaja pun selalu ada dalam kehidupan masyarakat dengan berbagai
bentuk sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C.
Hubungan Penyakit Sosial Dengan Penyimpangan Sosial
Dalam Keluarga Dan Masyarakat
Seperti halnya tubuh yang terserang
penyakit, demikian halnya dengan terjangkitnya penyakit sosial di tengah
kehidupan masyarakat berlangsung sangat tergantung dari sikap pertahanan
masing-masing individu sebagai anggota masyarakat.
1.
Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang secara garis
besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intrinsik) dan
faktor dari luar (ekstrinsik).
a.
Faktor dari dalam (intrinsik)
1)
Intelegensi
Setiap orang mempunyai intelegensi
yang berbeda-beda. Perbedaan intelegensi ini berpengaruh dalam daya serap
terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial. Orang yang mempunyai intelegensi
tinggi umumnya tidak kesulitan dalam bergaul, belajar, dan berinteraksi di
masyarakat. Sebaliknya orang yang intelegensinya di bawah normal akan mengalami
berbagai kesulitan dalam belajar di sekolah maupun menyesuaikan diri di
masyarakat. Akibatnya terjadi penyimpangan-penyimpangan, seperti malas belajar,
emosional, bersikap kasar, tidak bisa berpikir logis. Contohnya, ada kecenderungan
dalam kehidupan sehari, anak-anak yang memiliki nilai jelek akan merasa dirinya
bodoh. Ia akan merasa minder dan putus asa. Dalam keputusasaannya tersebut,
tidak jarang anak yang mengambil penyelesaian yang menyimpang. Ia akan
melakukan segala cara agar nilainya baik, seperti menyontek.
2)
Jenis kelamin
Perilaku menyimpang dapat juga
diakibatkan karena perbedaan jenis kelamin. Anak laki-laki biasanya cenderung
sok berkuasa dan menganggap remeh pada anak perempuan. Contonya dalam keluarga
yang sebagian besar anaknya perempuan, jika terdapat satu anak laki-laki
biasanya minta diistimewakan, ingin dimanja.
3)
Umur
Umur memengaruhi pembentukan sikap
dan pola tingkah laku seseorang. Makin bertambahnya umur diharapkan seseorang
bertambah pula kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosinya, dan makin
tepat segala tindakannya. Namun demikian, kadang kita jumpai penyimpangan-
penyimpangan yang dilakukan oleh orang yang sudah berusia lanjut, sikapnya
seperti anak kecil, manja, minta diistimewakan oleh anak-anaknya.
4)
Kedudukan dalam
keluarga
Dalam keluarga yang terdiri atas
beberapa anak, sering kali anak tertua merasa dirinya paling berkuasa
dibandingkan dengan anak kedua atau ketiga. Anak bungsu mempunyai sifat ingin
dimanjakan oleh kakak-kakaknya maupun orang tuanya. Jadi, susunan atau urutan
kelahiran kadang akan menimbulkan pola tingkah laku dan peranan dari fungsinya
dalam keluarga.
b.
Faktor dari luar (ekstrinsik)
1)
Peran keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil
dalam kehidupan sosial sangat besar perananya dalam membentuk pertahanan seseorang
terhadap serangan penyakit sosial sejak dini. Orang tua yang sibuk dengan
kegiatannya sendiri tanpa mempedulikan bagaimana perkembangan anak-anaknya
merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap serangan penyakit sosial.
Sering kali orang tua hanya cenderung memikirkan kebutuhan lahiriah anaknya
dengan bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana anak-anaknya tumbuh dan
berkembang dengan alasan sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya.
Alasan tersebut sangat rasional dan tidak salah, namun kurang tepat, karena
kebutuhan bukan hanya materi saja tetapi juga nonmateri. Kebutuhan nonmateri
yang diperlukan anak dari orang tua seperti perhatian secara langsung, kasih
sayang, dan menjadi teman sekaligus sandaran anak untuk menumpahkan
perasaannya.
Kesulitan para orang tua untuk
mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang
menjadi penyebab awal munculnya kenakalan remaja yang dilakukan anak dari dalam
keluarga yang akhirnya tumbuh dan berkembang hingga meresahkan masyarakat.
Misalnya, seorang anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis. Kasih
sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang tuanya. Oleh
sebab itulah, ia akan mencari bentuk- bentuk pelampiasan dan pelarian yang
kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk,
mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jika masuk
menjadi anggota genk, ia akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal
yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya.
2)
Peran masyarakat
Pertumbuhan dan perkembangan
kehidupan anak dari lingkungan keluarga akhirnya berkembang ke dalam lingkugan
masyarakat yang lebih luas. Ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan rohaniah
anak mengakibatkan anak mencari kebutuhan tersebut ke luar rumah. Ini merupakan
awal dari sebuah petaka masa depan seseorang, jika di luar rumah anak menemukan
sesuatu yang menyimpang dari nilai dan norma sosial.
Pola kehidupan masyarakat tertentu
kadang tanpa disadari oleh para warganya ternyata menyimpang dari nilai dan
norma sosial yang berlaku di masyarakat umum. Itulah yang disebut sebagai
subkebudayaan menyimpang. Misalnya masyarakat yang sebagian besar warganya
hidup mengandalkan dari usaha prostitusi, maka anak-anak di dalamnya akan
menganggap prostitusi sebagai bagian dari profesi yang wajar. Demikian pula
anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat penjudi atau peminum
minuman keras, maka akan membentuk sikap dan pola perilaku menyimpang.
3)
Pergaulan
Pola tingkah laku seorang anak
tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku anak-anak lain di sekitarnya.
Anak-anak lain yang menjadi teman sepergaulannya sering kali memengaruhi
kepribadian seorang anak. Dari teman bergaul itu, anak akan menerima
norma-norma atau nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila teman
bergaulnya baik, dia akan menerima konsep-konsep norma yang bersifat positif.
Namun apabila teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan mengikuti
konsep-konsep yang bersifat negatif. Akibatnya terjadi pola tingkah laku yang
menyimpang pada diri anak tersebut. Misalnya di suatu kelas ada anak yang
mempunyai kebiasaan memeras temannya sendiri, kemudian ada anak lain yang
menirunya dengan berbuat hal yang sama. Oleh karena itu, menjaga pergaulan dan
memilih lingkungan pergaulan yang baik itu sangat penting.
4)
Media Massa
Berbagai tayangan di televisi
tentang tindak kekerasan, film-film yang berbau pornografi, sinetron yang
berisi kehidupan bebas dapat memengaruhi perkembangan perilaku individu.
Anak-anak yang belum mempunyai konsep yang benar tentang norma-norma dan
nilai-nilai sosial dalam masyarakat, sering kali menerima mentah-mentah semua
tayangan itu. Penerimaan tayangan-tayangan negatif yang ditiru mengakibatkan
perilaku menyimpang.
Sumber :
Sudarmi, Sri, dan Waluyo. 2008. Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu 2: SMP/MTs
Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
permisi min numpang share ya :)
ReplyDeletebosan tidak tahu mesti mengerjakan apa ^^
daripada begong saja, ayo segera bergabung dengan kami di
F*A*N*S*P*O*K*E*R cara bermainnya gampang kok hanya dengan minimal deposit 10.000
ayo tunggu apa lagi buruan daftar di agen kami ^^