Pages

Wednesday, February 16, 2022

ACARA 6 INTENSITAS CAHAYA

 

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL....................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A.      Latar Belakang............................................................................................... 1

B.       Tujuan............................................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 3

III. METODE PRAKTIKUM.................................................................................... 6

A.      Bahan dan Alat............................................................................................... 6

B.       Prosedur Kerja................................................................................................ 6

IV. PEMBAHASAN.................................................................................................... 7

V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 12

A.      Kesimpulan.................................................................................................... 12

B.       Saran.............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 13

LAMPIRAN................................................................................................................ 15

Lampiran 1. Pustaka....................................................................................... 15

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Intensitas Cahaya Jenuh Untuk Beberapa Kultivar Tanaman....................... 9


I.         PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

         Teknik dasar laboratorium merupakan salah satu mata kuliah yang ada pada program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Mata kuliah teknik dasar laboratorium merupakan praktikum yang berfungsi untuk membekali dasar-dasar dalam penggunaan laboratorium. Pada praktikum acara ini akan membahas mengenai intensitas cahaya. Hubungan antara intensitas cahaya dengan pertumbuhan dari tanaman yang sudah dijelaskan pada dua praktikum sebelumnya yaitu mengenai pengamatan variabel tinggi tanaman dan pengukuran klorofil dengan menggunakan BWD. Selain itu, tanaman yang digunakan ditempatkan dalam tempat yang memiliki naungan dan tanpa naungan untuk bisa dianalisis perbedaan dari penggunaan naungan terhadap tanaman.

         Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya sangat berpengaruh terhadap efisiensi fotosintesis suatu tanaman. Penyesuaian tanaman naungan dan tanaman tahan panas terhadap intensitas cahaya menghasilkan proses fotosintesis yang efisien sehingga kedua jenis tumbuhan dapat tetap hidup dan mempunyai produktivitas yang tinggi. Selain itu, Penggunaan naungan pada tanaman digunakan untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk agar tidak terlalu tinggi (Yustiningsih, 2019).

            Intensitas cahaya yang berasal dari energi matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman berdasarkan pada kualitas cahaya, intensitas cahaya dan lamanya penyinaran pada suatu tempat. Pengaruh dari ketiga unsur tersebut bagi tanaman adalah untuk melakukan pembentukan klorofil, pembukaan stomata, pembentukan pigmen merah, perubahan suhu daun atau batang, penyerapan hara, permeabilitas dinding sel, transpirasi dan gerakan protoplasma (Arimbawa, 2016).

         Untuk bisa mengetahui skala intensitas cahaya pada suatu tempat terdapat alat ukur yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yaitu lux meter. Lux meter digunakan dengan mengukur tingkat cahaya pada suatu tempat dengan satuan “Lux”. Namun, pada praktikum kali ini tidak menggunakan lux meter untuk bisa melihat parameter dari pertumbuhan tanaman yang diukur. Pengaruh penggunaan naungan dan tanpa naungan menjadi hal utama pada praktikum ini untuk bisa menilai intesitas cahaya yang diserap pada tanaman dan pengaruhnya terhadap tanaman tersebut.

 

B.       Tujuan

         Praktikum ini bertujuan untuk:

1.        Mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap tanaman jagung dan kacang hijau pada tempat naungan dan tanpa naungan.

2.        Mengetahui cara kerja dan cara pengukuran menggunakan alat pengukur intensitas cahaya.

II.      TINJAUAN PUSTAKA

         Cahaya adalah bagian dari spektrum radiasi elektromagnetik yang terlihat oleh mata manusia. Cahaya tampak (juga dikenal sebagai cahaya tampak) biasanya terdiri dari semua komponen warna spektrum cahaya. Spektrum cahaya dibagi dengan rentang panjang gelombangnya. Panjang gelombang yang berbeda ditafsirkan oleh otak manusia sebagai warna (Pamungkas, 2015).

         Cahaya matahari merupakan energi yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Pada dasarnya, tumbuhan memerlukan cahaya matahari yang digunakan untuk proses metabolisme sel seperti fotosintesis. Fotosintesis merupakan salah satu proses yang ada dalam tubuh tanaman yang dapat menangkap energi dari cahaya matahari kemudian energi tersebut dirubah menjadi energi kimia dengan serangkaian proses dan disimpan dalam bentuk karbohidrat. Karbohidrat yang terdapat pada fotosintesis digunakan sebagai penentu untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Nababan, 2018).

         Intensitas cahaya matahari yang diserap oleh tumbuhan dapat diatur dengan menggunakan naungan. Naungan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi intensitas cahaya matahari terlalu tinggi. Naungan diberikan pada budidaya tanaman yang termasuk ke dalam kelompok C3 maupun pada saat fase pembibitan. Fungsi dari naungan adalah untuk mengatur cahaya matahari yang masuk dan akan dibiaskan menuju tanaman. Selain itu, naungan juga berfungsi sebagai penghindar tetesan hujan yang langsung menuju tanaman agar tidak merusak proses pertumbuhan tanaman (Ramadhan, 2019).

         Tanaman secara luar biasa bisa menyesuaikan diri pada bermacam keadaan lingkungan cahaya, dari keadaan sangat gelap di dasar kanopi ekosistem hutan hingga keadaan sangat terang di wilayah gurun pasir serta puncak pegunungan. Pada keadaan area sinar yang rendah, tanaman harus bisa menyerap sinar dengan lumayan untuk bisa tetap hidup. Untuk dapat melaksanakan hal ini, mereka harus mengoptimalkan terhadap jumlah sinar yang diserap. Kebalikannya, pada keadaan area sinar yang tinggi, selain tanaman harus mengoptimalkan kapasitas pemakaian sinar, mereka juga harus memiliki keahlian menanggulangi kelebihan sinar kala sinar matahari yang mereka terima lebih besar dari kapasitas fotosintesisnya. Sebagai akibat dari tekanan area ini tanaman memiliki sebagian mekanisme untuk bisa memaksimalkan intersepsi, penyerapan, serta pemakaian sinar, bersumber pada area sinar dimana mereka berkembang dan tumbuh. Energi cahaya yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar antara 0,5 hingga dengan 2% dari jumlah total tenaga matahari yang ada untuk proses perkembangan. Sebaliknya hasil fotosintesis yang tercipta tersebut akan menurun apabila intensitas sinar matahari yang di terima kurang dari batasan maksimal yang diperlukan oleh tanaman, serta ini sangat bergantung pada tipe tanaman (Utami, 2018).

         Matahari tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi untuk fotosintesis, tetapi juga memiliki berbagai efek pada pertumbuhan tanaman. Kurangnya cahaya mempengaruhi keadaan fisiologis jaringan tanaman. Oleh karena itu, kandungan karbohidrat menurun dengan intensitas cahaya rendah atau gelap. Perubahan kadar hormon endogen atau komponen fisiologis lainnya kemungkinan akan dipengaruhi oleh perubahan intensitas, durasi, atau kualitas cahaya (Wulandari, 2016).

         Penaungan mengakibatkan perubahan terhadap cahaya matahari yang diterima tanaman, baik intensitas maupun kualitasnya. Pengaruh cahaya terhadap tanaman sangat kompleks, yaitu mempengaruhi proses fotokimia dan juga bentuk dan ukuran tanaman. Namun pemberian naungan hanya dapat menurunkan suhu udara relatif rendah yaitu menurunkan suhu maksimum dan sedikit menaikan suhu minimum. Salah satu naungan yang dipakai dalam praktikum pada acara-acara sebelumnya adalah dengan menggunakan naungan paranet (Nurshanti, 2011). Selain itu, penggunaan naungan mengakibatkan cahaya matahari yang diterima tanaman lebih rendah sehingga mendorong pertumbuhan vegetatif yang lebih besar dibandingkan tanpa naungan (Wijayanto dan Azis, 2013 dalam Susilawati, 2016).

         Terdapat alat ukur yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya adalah lux meter. Lux meter digunakan dengan mengukur tingkat cahaya pada suatu tempat dengan satuan “Lux”. Selain lux meter terdapat juga alat ukur yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yaitu light meter. Light meter adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya. Light meter dapat digunakan untuk menentukan pencahayaan yang tepat untuk fotografi, sinematografi, arsitektur, interior, bahkan lanskap agar tumbuhan mendapatkan kadar sinar yang sesuai dengan jenisnya (Prameswari, 2018).

III.   METODE PRAKTIKUM

A.      Alat

         Alat yang digunakan pada praktikum yang tertera di video adalah lux meter.

 

B.       Prosedur Kerja

         Praktikum pada video tersebut dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:

1.        Siapkan alat yaitu lux meter yang akan digunakan.

2.        Nyalakan lux meter dengan menekan tombol on pada alat.

3.        Setelah lux meter menyala, akan terdeteksi angka pada layar dengan satuan lux.

4.        Setelah skala tersebut berhenti berubah, tekan tombol hold pada alat.

5.        Catat hasil pengukuran pada buku.

6.        Matikan kembali alat yang sudah digunakan.

 

IV.   PEMBAHASAN

Cahaya merupakan bentuk dari radiasi elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata dan memiliki panjang gelombang dengan jangkauan 0,4 x 10-4 − 0.75 x 10-4cm dalam pengukuran cahaya. Sedangkan intensitas cahaya adalah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Besarnya intensitas cahaya diukur dalam satuan candela (cd).

Alat yang mengukur cahaya adalah lux meter. Sebuah lux meter memiliki satuan lux yang didefinisikan sebagai satuan meter untuk mengukur cahaya pada permukaan. Kisaran intensitas cahaya lux meter adalah 1 hingga 100.000 Lux. Ini terdiri dari tiga komponen utama: lux meter, bingkai, LED dan fotodioda. Prinsip pengoperasian luxmeter adalah mengubah energi cahaya menjadi arus listrik dan menampilkannya pada LED.

Pada video yang ditampilkan, pengukuran intensitas cahaya dilakukan di tempat terang dan di tempat gelap. Pengukuran yang dilakukan di tempat terang menghasilkan cahaya dengan intensitas 73 lux. Sedangkan di tempat yang redup pada video tersebut menampilakn intensitas cahaya sebesar 1 lux. Perbedaan nilai lux yang dihasilkan terjadi karena intensitas cahaya pada ruangan tersebut. Saat gelap, nilai lux yang ditampilkan akan semakin rendah. Saat terang, nilai lux yang muncul akan semakin tinggi.

Pada beberapa keadaan luar ruangan dengan intensitas cahaya matahari langsung, cahaya yang dipancarkan matahari ke permukaan bumi menghasilkan iluminasi yang sangat besar yaitu lebih dari 100.000 lux pada kondisi langit cerah. Pada kondisi langit berawan, nilai luxnya adalah sekitar 10.000 lux. Iluminasi merupakan suatu ukuran dari cahaya yang jatuh pada sebuah bidang permukaan, contohnya adalah iluminasi yang dihasilkan dari intensitas cahaya pada permukaan seluas satu meter persegi sebuah lahan atau lumen per meter persegi. Tujuan dari adanya perhitungan iluminasi adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipakai sebagai perbandingan dengan hasil pengukuran ecara langsung sehingga diperoleh instalasi pencahayaan yang optimal (Ma’arif, 2012).

Pada praktikum acara kedua yaitu mengenai pertumbuhan tanaman, berhubungan dengan intensitas cahaya matahari dengan menggunakan naungan dan tanpa naungan. Terdapat perbedaan tinggi tanaman pada saat ditempatkan di tempat dengan menggunakan naungan dan tanpa naungan. Pada tanaman jagung hal tersebut terjadi karena faktor intensitas cahaya yang rendah dapat mempengaruhi dari pigemn cahaya yang terbatas sehingga laju fotosintesis dalam tanaman tersebut akan rendah dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dari tanaman jagung tersebut. Selain itu, naungan dengan menggunakan paranet akan menghalangi beberapa persen sinar matahari yang masuk dan diserap oleh tanaman (Wulandari, 2016). Proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman naungan akan berjalan sangat lambat karena sinar matahari hanya sedikit yang diserap oleh tanaman jagung akibatnya hasil fotosintat akan berkurang dan pertumbuhan terhambat. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan batang tanaman jagung dan daun yang berukuran kecil. Sedangkan keadaan batang dan daun jagung yang ditempatkan di tempat terang memiliki penampakan yang lebih besar dan subur.

Tingkat kecerahan yang optimal dari sinar matahari akan mempengaruhi aktivitas stomata yang menyerap CO2. Ketersediaan kandungan CO2 sebagai bahan baku sintesis karbohidrat seharusnya memberikan efek peningkatan tinggi tanaman dan indeks luas daun dibandingkan dengan tidak adanya naungan. Peningkatan tinggi tanaman karena efek sinergis ini disebabkan oleh adanya zat auksin dan giberelin yang menyebabkan terjadinya pemanjangan batang (Hamdani, 2016).

Pada tanaman kacang hijau, perbedaan tinggi tanaman antara ternaungi dan tidak ternaungi disebabkan oleh pengaruh pepohonan dan peristiwa etiolasi.  Peristiwa etiolasi ini terjadi ketika tanaman yang ditempatkan di tempat gelap tumbuh lebih cepat daripada tanaman yang ditempatkan di tempat yang terkena cahaya sehingga menghasilkan kekerasan dan tidak berkembang. Namun, tanaman kacang hijau yang tidak memiliki klorofil ini akan menjadi pucat, mati, dan tidak memiliki daun. Dengan tidak adanya cahaya, auksin merangsang pertumbuhan sel dan menyebabkannya tumbuh. Sebaliknya, jika cahaya terlalu kuat, auksin akan rusak dan pertumbuhan tanaman akan terhambat. Cahaya menyebarkan auksin yang rusak ke sisi gelap. Laju pertumbuhan tanaman memanjang cepat menurun dan batang menjadi lebih pendek, tetapi tanaman yang kuat sepenuhnya berkembang dan menjadi daun berwarna hijau. (Maghfiroh, 2017). Hal tersebut terjadi karena intensitas cahaya yang masuk terhalang oleh paranet pada tempat teduh. Sedangkan pada tempat terang intensitas cahaya yang diserap tanaman lebih besar sehingga penyerapan energi matahari secara langsung dapat terserap.

Pengaruh intensitas cahaya pada tanaman jagung dan kacang hijau juga berpengaruh terhadap bobot kering dan bobot basah tanaman. Perbedaan antara berat basah, berat kering, dan tinggi tanaman disebabkan oleh adanya intensitas cahaya yang diserap tanaman. Pada tanaman yang memiliki cahaya cukup akan lebih besar kemungkinan laju transpirasi besar sehingga pertumbuhan akan lebih cepat dan memiliki tanaman sehat. Sedangkan pada tempat teduh beberapa tanaman menunjukan adanya kekurangan cahaya seperti tanaman kecil dan berukuran kerdil. Pengaruh tersebut berdampak pada berat kering dan berat basah tanaman yang diukur karena kandunga air dan klorofil hasil dari transpirasi akan terlihat. Kondisi ternaungi tanaman mengalami keterbatasan jumlah energi matahari yang dapat diserap untuk proses fotosintesis yang optimal sehingga mengakibatkan berat kering dan berat basah tanaman yang dihasilkan akan berbeda dengan tanaman yang ditempatkan pada tanpa naungan (Chairudin, 2015).

Berdasarkan Utami (2018) terdapat beberapa kondisi tipe intensitas cahaya pada berbagai tanaman, yaitu:

Tabel 4.1 Intensitas Cahaya Jenuh Untuk Beberapa Kultivar Tanaman

No.

Kultivar Tanaman

Intensitas Cahaya Jenuh (Foot Candle)

1.

Tebu (Saccarrum officcinarum)

6000

2.

Padi (Oryza sativa): Yaponica (padi subtropika), Indica (padi tropika)

5000 – 6000

3.

Gandum (Triticum aestivum)

3800

4.

Bit Gula (Beta vulgaris)

5300

5.

Kentang (Solanum tuberosum)

4400

6.

Jagung (Zea mays)

3000

7.

Alfalfa (Medicago sativa)

2500 – 3000

8.

Bunga Matahari (Helianthus annuus)

3400 – 4700

9.

Kedelai (Glicyne max)

2800

10.

Tomat (Lycoper sicumesculentum)

2300

11.

Tembakau (Nicotiana tabacum)

2000

12.

Apel (Malus sylvestris)

2300

13.

Castor bean

4050 – 4400

14.

Kapas (Gossypium hirsutum)

2200

 

Pada praktikum acara lima, intensitas cahaya juga dapat mempengaruhi kandungan klorofil pada daun. Klorofil sebagai salah satu komponen terpenting dalam proses fotosintesis yang menangkap dan menyerap cahaya matahari menjadi energi kimia. Selain itu, intensitas cahaya berpengaruh terhadap laju fotosintesis karena cahaya akan diserap oleh fotosistem yang terdiri dari klorofil a, b dan pigmen-pigmen pelengkap. Energi inilah yang digunakan untuk biosintesis karotenoid. Akibatnya, tanaman akan berusaha melakukan adaptasi penyerapan cahaya yang terbatas, namun fotosintesis harus berjalan optimal (Wulandari, 2016).

Intensitas cahaya yang rendah akan mengakibatkan pigmen pemanen cahaya klorofil a dan klorofil b akan dibantu oleh pigmen pemanen lain yaitu karotenoid dalam menangkap semua cahaya yang terbatas, sehingga fotosintesis berjalan optimal. Gen pigmen permanen pada tanaman akan menyesuaikan penyerapan cahaya dengan mengatur fotosintesis dalam lingkungan dengan energi cahaya yang rendah, sehingga fotosintesis berjalan dengan baik dan hasilnya diarahkan ke berat kering tanaman. Pada tanaman, pigmen yang berperan untuk memanen cahaya dalam poses fotosintesis adalah pigmen-pigmen yang terdapat dalam kloroplas seperti klorofil a, b, dan karotenoid. Karotenoid meningkat saat intensitas cahaya tinggi, dan fungsinya dapat melindungi klorofil dari fotooksidasi (Anni, 2013).

Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan tanaman juga dapat dilihat pada tanaman yang ditanam di bawah naungan. Semakin tinggi naungan, semakin sedikit pertumbuhan tanaman di bawah naungan. Pada saat yang sama, radiasi matahari, sumber cahaya utama tanaman, merupakan salah satu persyaratan utama untuk kelangsungan fotosintesis. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh pencahayaan sistem agroforestri yang lebih kompleks, antara lain penyinaran cahaya di bawah kanopi tidak konstan, tetapi konstan di bawah naungan buatan. Dalam sistem agroforestri, ada persaingan untuk air dan nutrisi antara tanaman sela dan pohon.

         Pengaruh dari naungan pada pertumbuhan tanaman juga dapat terlihat pada tanaman yang tumbuh dibawah naungan. Pertumbuhan tanaman dibawah naungan semakin terhambat bila tingkat naungan semakin tinggi. Sementara radiasi matahari, sebagai sumber utama cahaya bagi tanaman, menjadi salah satu syarat utama kelangsungan proses fotosintesis. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena cahaya pada sistem agroforestri bersifat lebih kompleks antara lain radiasi cahaya dibawah pohon tidak konstan sedangkan dibawah naungan buatan selalu konstan. Selain itu, pada sistem agroforestri juga terjadi kompetisi untuk memperoleh air dan nutrisi antara tanaman sela dan pohon (Setiyawan, 2014).

Intensitas cahaya akan berpengaruh terhadap efisiensi fotosintesis suatu tanaman. Penyesuaian tanaman naungan dan tanaman tanpa naungam terhadap intensitas cahaya akan menghasilkan proses fotosintesis yang efisien sehingga kedua jenis tumbuhan dapat tetap hidup dan mempunyai produktivitas yang tinggi. Selain itu pengaruh dari intensitas cahaya berpengaruh terhadap beberapa parameter, yaitu tinggi tanaman, berat kering tanaman, berat basah tanaman, dan klorofil pada tanaman.

V.      KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan

         Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum acara 6 ini, yaitu:

1.        Intensitas cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Parameter yang berpengaruh pada praktikum kali ini adalah pada tinggi tanaman, berat kering tanaman, berat basah tanaman, dan klorofil pada tanaman. Pengaruh tersebut terjadi karena perbedaan intensitas cahaya pada tempat teduh dan terang.

2.        Alat untuk mengukur intensitas cahaya adalah dengan menggunakan lux meter atau light meter. Alat tersebut biasa digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang sesuai agar bisa mengetahui jumlah cahaya yang tepat untuk beberapa jenis tanaman.

 

B.       Saran

         Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dapat melihat dan menggunakan secara langsung intensitas cahaya yang digunakan dengan menggunakan lux meter agar bisa mengetahui intensitas cahaya pada naungan dan tanpa menggunakan naungan.


 

DAFTAR PUSTAKA

Anni, I. A. 2013. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) di Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal Biologi. 2(3): 31-40.

Arimbawa, I. W. P. 2016. Dasar-dasar Agronomi. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar.

Chairudin. 2015. Dampak Naungan Terhadap Perubahan Karakter Agronomi dan Morfo-Fisiologi Daun Pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Floratek. 10: 26-35.

Hamdani, J. S. 2016. Pengaruh Naungan dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang Kultivar Atlantik di Dataran Medium. Jurnal Agronomi Indonesia. 44(1): 33-39.

Ma’arif, M. A. 2012. Sistem Penerangan Tanpa Listrik: Terobosan Pemanfaatan Sinar Matahari di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VII UKSW. Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana.

Maghfiroh, J. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. 51-58.

Nababan, R. S. 2018. Pengujian Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Tanaman Jagung dalam Ruangan. e-Proceeding of Engineering. Desember 2018, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom. 5(3): 5809-5816.

Nurshanti, D. F. 2011. Pengaruh beberapa tingkat naungan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman seledri (Apium graveolens L.) di polibag. AgronobiS. 3(5): 12-18.

Pamungkas, M. 2015. Perancangan dan Realisasi Alat Pengukur Intensitas Cahaya. Jurnal Elkomika. 2(3): 120-132.

Prameswari, P. D. 2018. Modul Laboratorium Tata Cahaya. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma.

Ramadhan, A. F. 2019. Pengaruh Pemberian Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Tanaman Stroberi (Fragaria chiloensis L.) Jurnal Produksi Tanaman. 7(1): 1-7.

Setiyawan, D. E. 2014. Pengaruh Perbedaan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Jagung Komposit. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Jember, Jember.

Susilawati. 2016. Pengaruh Berbagai Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Semai Cempaka (Michelia champaca L.) di Persemaian. J. ForestSains. 14(1): 59-66.

Utami. 2018. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali.

Wijayanto, & Azis. 2013. Pengaruh Naungan Sengon (Falcataria moluccana L.) dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih (Canna edulis Ker.). Jurnal Silvikultur Tropika. 4(2): 62-68.

Wulandari, I. 2016. Pengaruh Naungan Menggunakan Paranet Terhadap Pertumbuhan Serta Kandungan Klorofil dan Β Karoten Pada Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir). Jurnal Biologi. 5(3): 71-79.

Yustiningsih, M. 2019. Intensitas Cahaya dan Efisiensi Fotosintesis pada Tanaman Naungan dan Tanaman Terpapar Cahaya Langsung. Bioedu. 4(2):43-48.