Pages

Friday, May 25, 2018

Sinopsis dan Resensi Novel HEARTSEASE


Heartsease
Kembalinya cinta yang pernah hilang
Judul buku                  : Heartsease (kembalinya cinta yang pernah hilang)
Penulis                         : Ghyna Amanda Putri
Penerbit                       : de TEENS
Kota Penerbit              : Yogyakarta
Tahun Terbit                : November 2013
Jumlah Halaman          : 256 Halaman
Novel bergenre romance ini mengupas habis kehidupan calon dokter sebelum mereka menjadi dokter. Novel yang ditulis oleh Ghyna ini mengisahkan kehidupan di rumah sakit dan nuansa percintaan. Cinta yang sudah lama hilang selama beberapa tahun akibat sebuah bencana sehingga memisahkan mereka.
Alur maju dan mundur dikemas dalam novel ini mengisahkan suatu hubungan percintaan yang sudah lama akibat sebuah insiden dan perempuan ini pun akhirnya memulai hidup baru dengan jangka waktu yang sangat singkat. Amethyst, sosok wanita yang memiliki sifat keras kepala dan pendirian kuat. Ia mulai belajar untuk menghargai sebuah kehidupan yang sedang ia jalankan. Hidupnya kini tinggal setahun lagi akibat penyakit yang di derita jantungnya merubah semua kehidupan Amethyst.
Rumah Sakit Anak Evelina, St. Thomas’, London tempat dimana ia menjalankan kehidupannya sebagai seorang dokter. Meskipun Amethyst masih calon dokter, masih banyak ujian yang harus dijalankan salah satunya operasi atau bedah. Ketika harus melihat langsung sebuah operasi yang dilakukan oleh dokter pembimbingnya. Gergaji yang digunakan untuk memotong tulang mengiris dada seorang kadaver, terlihat detak jantung yang berdenyut tak tentu. Ketakutan yang dialami Amethyst ketika ia berada di posisi itu. Saat dimana seorang adik perempuan Amethyst yang ingin berambisi untuk kehidupannya bersedia memberikan seluruh kehidupannya kepada Amethyst. Sungguh jantung yang dimiliki Amethyst bukanlah miliknya.
Hystrix seorang yang ketika waktu kecilnya menemani Amethyst pada masa sekolah. Bertemu di salah di rumah sakit itu membuat Amethyst rasanya ingin berucap banyak kata ketika terpisah selama bertahun-tahun. Hystrix yang dulu menemani Amethyst kini akan kembali menemaninya. Saat dimana Amethyst obat yang selama ini membantunya untuk tetap bertahan diambil oleh salah satu temannya di rumah sakit. Konflik antara mereka terjadi sampai suatu saat Amethyst merasakan jantungnya sakit luar biasa. Operasi dilakukan oleh dokter pribadi yang selama ini merawatnya.
Dan saat akhirnya Amethyst dan Hystrix pun menjadi teman hidup sampai mereka mempunyai anak yang diberi nama Vermarine.
Konflik antara temannya di rumah sakit, Amethyst, serta Hystrix tersusun dengan rapi. Alur maju dan mundur membuat kita merasa seakan akan ikut mengambil bagian dalam novel ini. Susunan kata-kata yang membuat para pembaca seolah merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh. Romansa yang terkandung di dalamnya pun dikemas dengan rapi. Novel ini sangat cocok terutama bagi yang ingin meneruskan pendidikan ke kedokteran. Agar tahu bagaimana seorang calon dokter menjalani rutinitasnya untuk menjadi seorang dokter.

Meskipun ada beberapa kalimat yang sulit dipahami dan kata yang sulit dimengerti, tapi jika kita fokus untuk membaca dan memahami isi ceritanya maka semua nya akan larut dalam novel ini.

Sistem Koloid Pada Tes DNA

SISTEM KOLOID PADA TES DNA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Kimia




Oleh : Kelompok   XI MIPA 5

·        Muhammad Raihan Indraguna



PEMERINTAHAN KABUPATEN CIAMIS
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 2 CIAMIS
JL. K. H AHMAD DAHLAN NO 02 CIAMIS TELP. (0265) 771709
TAHUN PELAJARAN 2018/2019


A.   Pengertian Koloid
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 1000 nm), sehingga mengalami Efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Misalnya, sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid.
B.   Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga, antara lain sol (fase tersispersi padat), emulsi (fase terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase pendispersi gas disebut aerosol.
Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dapat dibagi menjadi 8 golongan seperti pada tabel berikut.
Fase Terdispersi
Fase Pendispersi
Jenis Koloid
Contoh Koloid
Cair
Gas
Aerosol
Kabut, awan, hair spray
Padat
Gas
Aerosol
Asa, debu di udara
Gas
Cair
Buih
Buih sabun, krim kocok
Cair
Cair
Emulsi
Susu, santan, mayonnaise
Padat
Cair
Sol
Sol emas, tinta, cat, pasta gigi
Gas
Padat
Buih padat
Karet busa, Styrofoam, batu apung
Cair
Padat
Emulsi padat (gel)
Margarin, keju, jelly, mutiara
Padat
Padat
Sol padat
Gelas berwarna, intan hitam

C.   Sifat-Sifat Koloid
1.     Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek Tyndall.
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2.     Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tetapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika koloid diamati dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas (dinamakan gerak Brown), sedangkan pada zat padat hanya berosilasi di tempat (tidak termasuk gerak Brown). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3.     Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.
Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
4.     Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
5.     Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
6.     Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
7.     Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semipermeabel ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
8.     Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.
D.   Pengertian Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik . Medan listrik dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan.  Teknik ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan negatif.  Jika molekul yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus listrik dari suatu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak molekul tersebut tergantung pada nisbah muatan terhadap massanya serta tergantung pula pada bentuk molekulnya. Pergerakan ini dapat dijelaskan dengan gaya Lorentz, yang terkait dengan sifat-sifat dasar elektris bahan yang diamati dan kondisi elektris lingkungan.
Elektroforesis merupakan metode pemisahan serta analisis makromolekul (DNA, RNA, protein) dan fragmennya, berdasarkan ukuran dan muatan. Partikel dan molekul bermuatan bermigrasi dalam medium yang bermuatan listrik.Karena kecepatan migrasi berbeda tergantung muatan dan ukuran, diana komponen sampel dipisahkan ke dalam zona-zona dan ditampilkan dalam bentuk pola khusus. Prinsip elektroforesis ditemukan oleh Arne Tiselius ketika ia memisahkan serum manusia ke menjadi 4 komponen utamanya; albumin dan globulin a, b, dan g (Jan-Christer Janson, 2011).
Elektroforesis dalam larutan bebas atau gel berpori seperti 1-2 % agarose memisahkan sebagian besar protein menurut titik isoelektrik atau muatannya. Elektroforesis dalam gel seperti poliakrilamid memisahkan sebagian besar protein bedasarkan ukuran molekuler proteinnya (Jan-Christer Janson, 2011)
Fe = qE
F= gaya Lorentz, q= muatan yang dibawa oleh objek, E adalah medan listrik.
Secara umum, elektroforesis digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi, dan memurnikan fragmen DNA.
Pergerakan molekul terutama tergantung di muatan yang ada pada permukaan partikel, tanda dan besarnya muatan pembawa oleh variasi group ionogenik. Tergantung kepada kekuatan molekul listrik dan pH dari medium dalam mengkateristik, sehingga pemisahan molekul dapat terjadi karena efek seleksi dan medium yang sesuai.
E.   Jenis-Jenis Elektroforesis
1.     Elektroforesis kertas
Adalah jenis elektroforesis yang terdiri dari kertas sebagai fase diam dan partikel bermuatan yang terlarut sebagai fase gerak, terutama ialah ion-ion kompleks. Pemisahan ini terjadi akibat adanya gradasi konsentrasi sepanjang sistem pemisahan. Pergerakan partikel dalam kertas tergantung pada muatan atau valensi zat terlarut, luas penampang, tegangan yang digunakan, konsentrasi elektrolit, kekuatan ion, pH, viskositas, dan adsorpsivitas zat terlarut.
2.     Elektroforesis gel
Adalah elektroforesis yang menggunakan gel sebagai fase diam untuk memisahkan molekul-molekul. Awalnya elektoforesis gel dilakukan dengan medium gel kanji (sebagai fase diam) untuk memisahkan biomolekul yang lebih besar seperti protein-protein. Kemudian elektroforesis gel berkembang dengan menjadikan agarosa dan poliakrilamida sebagai gel media.
F.    Medium Pendukung
Elektroforesis untuk makromolekul memerlukan medium pendukung untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya panas dari arus listrik yang digunakan. Gel poliakrilamid dan agarosa merupakan medium pendukung yang banyak dipakai untuk separasi protein dan asam nukleat. Efek penguapan juga dapat diturunkan minimal jika elektroforesis dilakukan di medium pendukung yang dicelupkan dengan larutan buffer. Pemisahan sempurna suatu campuran dapat terjadi efektif dalam zona tertentu.
Meskipun medium pendukung relatif stabil (inert), komposisinya mungkin akan menyebabkan penyerapan, migrasi elektron (elektro osmosis) atau penyaringan berdasarkan ukuran molekulnya, yang kesemuanya mempengaruhi kecepatan gerak senyawa.
1.     Cellulose asetat
2.     Larutan Buffer
Larutan buffer (penyangga) ini menstabilkan pH medium pendukung. Buffer juga dapat mempengaruhi kecepatan gerak senyawa karena beberapa hal, yaitu :
·         Komposisi
Buffer harus tidak mengikat senyawa yang dipisahkan karena akan mempengaruhi kecepatan gerak. Buffer borat dipakai untuk memisahkan karbohidrat, karena dapat membentuk gabungan yang bermuatan listrik dengan karbohidrat.
·         Konsentrasi
Dengan naiknya kekuatan ion buffer, jumlah arus listrik yang terbawa meningkat dan bagian aliran yang dibawa sampel menurun, sehingga memperlambat geraknya. Kekuatan ion tinggi dalam buffer akan meningkatkan arus keseluruhan sehingga panas juga meningkat, biasanya dipilih 0,05 -0,10M.
·         pH
Tingkat ionisasi asam-asam organik akan bertambah apabila pH bertambah, sebaliknya untuk basa-basa organik,oleh sebab itu tingkat kecepatan geraknya juga terpengaruh oleh pH. Kedua pengaruh dapat terjadi pada senyawa seperti asam aminoyang memiliki sifat asam dan basa
3.     Medan elektrik
Apabila voltase diberikan diantara dua elektroda, arus ditentukan oleh tahanan dalam medium.
·         Voltase
Apabila jarak antara dua elektroda adalah 1 meter dan perbedaan potensial antara keduanya adalah V volt sehingga gradient potensialnya adalah V/1m. Kenaikan gradient potensial akan menyebabkan kecepatan gerak ion.
·         Aliran listrik
Arus aliran listrik dalam larutan antara dua elektroda disebabkan umumnya oleh ion buffer dan sedikit oleh ion dalam sampel. Kenaikan voltase akan meningkatkan jumlah muatan yang dipindahkan setiap detik kearah elektroda. Jarak yang ditempuh ion akan sebanding dengan waktunya.
·         Tahanan
Medium elektroforesa menimbulkan pada aliran ion sebanding dengan jenis medium, jenis buffer dan konsentrasinya. Tahanan akan meningkat dengan bertambahnya jarak antara elektroda, namun berkurang dengan bertambahnya luas permukaan elektroda dan konsentrasi ion dalam buffer.
G.  Elektroforesis DNA
Pemisahan DNA dilakukan dengan menggunakan elektroforesis gel.  Molekul DNA terpisah berdasarkan ukuran ketika dilewatkan pada matriks gel dengan aliran listrik.  DNA memiliki muatan negatif, dan saat berada dalam aliran listrik, akan bermigrasi melalui gel menuju kutub positif.
Molekul yang berukuran besar, memiliki kesulitan melewati pori-pori gel sehingga bermigrasi lebih lambat melalui gel dibandingkan DNA yang berukuran lebih kecil. Setelah elektroforesis selesai, molekul DNA divisualisasi dengan pewarna fluorescent seperti ethidium yang berikatan dengan DNA dan berada di antara basa-basa DNA.
Dua alternatif macam gel adalah poliakrilamida dan agarosa.  Poliakrilamida memiliki kapasitas resolusi yang lebih tinggi, tetapi gel poliakrilamida dapat memisahkan DNA hanya dalam rentang ukuran DNA yang sempit. Jadi gel poliakrilamida dapat memisahkan DNA satu sama lainnya yang berbeda ukurannya hanya beberapa atau bahkan satu pasang basa saja tetapi pada molekul yang berukuran beberapa ratus pasang basa saja (dibawah 1000 pasang basa). Gel agarosa memiliki resolusi yang lebih rendah tetapi dapat memisahkan DNA yang berukuran sampai puluhan kilo pasang basa.
DNA yang berukuran sangat panjang tidak dapat melewati pori gel bahkan pori gel agarosa.  DNA yang sangat besar melewati matriks dengan satu ujung bergerak lebih dulu sedang ujung lainnya mengikuti.  Akibatnya DNA diatas ukuran tertentu (30 -50 kb) bermigrasi dengan jarak yang sama sehingga tidak dapat diamati pemisahannya.  DNA yang sangat panjang ini dapat dipisahkan satu sama lainnya dengan jika daerah listrik diaplikasikan dalam ‘pulses’ yang berasal secara orthogonal satu sama lainnya.  Teknik ini disebut pulsed-field gel electrophoresis (PFGE)
Elektroforesis juga digunakan untuk memisahkan RNA.  Seperti juga DNA, RNA memiliki muatan negative, tetapi molekul RNA merupakan molekul utas tunggal dan memiliki struktur sekunder atau tersier.  Untuk mengatasinya, RNA diberi perlakuan dengan glyoxal yang bereaksi dengan RNA sehingga menghalangi pembentukan pasangan basa.  RNA yang ter-glyoxylasi tidak dapat membentuk struktur sekunder atau tersier sehingga dapat bermigrasi dengan mobilitas yang proporsional terhadap ukurannya.  Elektroforesis juga digunakan untuk memisahkan protein dengan prinsip yang sama.
H.  Metode Elektroforesis
1.     Ektraksi enzim
Setelah sampel dibersihkan ditempatkan didalam mortal dan diberi pengestrak sebanyak ± 200 (tergantung dari banyaknya, sedikitnya sampel atau besar kecilnya sampel) kemudian smpel digerus hingga halus. Penggerusan dilakukan pada kondisi dingin (± 4 0C) dan dilakukan didalam meja pendingin. Agar suhu tetap konstan. Hasil gerusan tersebut dimasukkan kedalam tabung eppendrof dan kemudian dilakukan sentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama 20 menit. Supernatan yang didapat dipisahkan dari endapan yang selanjutnya dimasukkan dalam tabung eppendof yang disimpan dalam lemari pendingin (freezer) dalam suhu sekitar 70 0C.
2.     Pembuatan gel
Cara pembuatan gel adalah dengan melarutkan gel bubuk yang khusus digunakan untuk elktroforesis pada erlenmeyer, kemudian di cetak pada cetakan khusus yang telah disediakan dan ditunggu hingga kering. Dalam pembuatan agar, proporsi campuran antara agar dan pelarutnya harus sesuai, karena kalau tidak maka substratnya tidak akan dapat berjalan.
3.     Penempatan sampel
Gel dilepaskan dari cetakan gel dengan cara mengiris keliling tepi gel dengan menggunakan pisau. Bagian ujung gel diiris atau dibuat sumuran dengan cetakan khusus kira 2 cm dari salah satu tepi yaitu dari arah katoda yang sebagai penyimpan ekstrak enzim. Ekstar enzim yang akan diuji dikeluarkan dari freezer dan dibiarkan sebentar hingga mencair. Pengambilan ekstrak enzim dilakukan dengan cara mencelupkan kertas saring berukuran 6 x 15 mm ke ekstrak enzim atau dengan pipet mikro. Potongan kertas saring yang telah berisi ekstrak enzim diletakkan dengan posisi tegak lurus ke celah irisan gel. Jarak anatra celah 1-1.5 mm. Sebagai indikator adanya pergerakan maka celah irisan gel tersebut diberikan sedikit biru brom fenol.
4.     Proses Elektroforesis
Ø  Gel yang telah siap kemudian diletakkan secara horizontal diatas kotak elektroforis yang telah berisi larutan penyangga elektroda. Proses ini dilakukan di dalam lemari pendingin dengan suhu 40C.
Ø  Kedua sisi gel diberi spons yang telah dibasahi dengan larutan penyangga elektroda sebagai jembatan anatar larutan penyangga elektroda dengan gel.
Ø  Setelah itu gel ditutup dengan plastik dan di atas gel tersebut diberi gel yang dingin.
Ø  Proses elekrofororsis dijalankan dengan memberi daya listrik pada gel. Pemberian daya listrik disesuaikan dengan sampel yang akan digunakan, misalnya sebesar 50-70 A, 50-60 A atau 45-55 A selama kurang lebih 3 jam.
Ø  Setelah terlihat bahwa biru brom fenol mencapai titik yang berjarak ± 3 cm dari ujung gel, maka proses elekrofororsis dihentikan. Bagian gel yang tidak terpakai dipotong, sedangkan potongan gel yang menjadi tempat migrasi enzim diiris tipis secara horizontal dengan menggunakan gergaji yang berkawat tipis.
Ø  Gel diiris menjadi beberapa lembar gel yang kemudian setiap lembar gel yang diletakkan dalam wadah plastik, untuk selanjutnya diwarnai sesuia enzim yang akan dianalisis.
5.       Visualisasi sistem enzim
Visualisasi sistem dilakukan dengan pewarna biokimia. Dengan komposisi yang telah ditentukan sebelumnya. Atau dapat pula dilakukan dengan pancaran sinar Ultraviolet.
I.      Tahapan Tes DNA dengan Metode Elektroforesis
Pada dasarnya tahapan metode tes DNA dengan cara elektroforesis meliputi beberapa tahapan berikut yaitu :
Ø  Pertama tahapan preparasi sampel yang meliputi pengambilan sampel DNA (isolasi) dan pemurnian DNA. Dalam tahap ini diperlukan kesterilan alat-alat yang digunakan. Untuk sampel darah, dalam isolasinya dapat digunakan bahan kimia phenolchloroform sedangkan untuk sampel rambut dapat digunakan bahan kimia Chilex.
Ø  Selanjutnya DNA dimurnikan dari kotoran-kotoran seperti protein, sel debris, dan lain lain. Untuk metode pemurnian biasanya digunakan tehnik sentrifugasi dan metode filtrasi vakum. Tetapi berbagai ilmuwan telah banyak meninggalkan cara tersebut dan beralih ke produk-produk pemurnian yang telah dipasarkan seperti produk butir magnet dari Promega Corporation yang memanfaatkan silica-coated paramagnetic resin yang memungkinkan metode pemisahan DNA yang lebih sederhana dan cepat.
Ø  Tahapan selanjutnya adalah memasukan sampel DNA yang telah dimurnikan kedalam mesin PCR (polymerase chain reaction) sebagai tahapan amplifikasi.
Ø  Hasil akhir dari tahap amplifikasi ini adalah berupa kopi urutan DNA lengkap dari DNA sampel. Selanjutnya kopi urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari (DNA finger print) yang akan dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada dalam tahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR akan membaca data-data DNA dan menampilkannya dalam bentuk angka-angka dan gambar-gambar identfikasi DNA. Finishing dari tes DNA ini adalah mencocokan tipe-tipe DNA.
J.     Penggunaan Elektroforesis dalam Tes DNA
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua batang elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedang koloid bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif).

Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi/tes DNA pada jenazah korban pembunuhan/ jenazah tak dikenal

Dialog Basa Sunda SISINDIRAN Ngeunaan MASIGIT

Intro              :
Aya layung di cikore
Mun mun dibawa jiga kaca
Aya layung pasosore
Mun di tempo ruksak mata
          Aa ka masjid jeung si Ujang rek sholat magrib, anjeuna tuluy pendak sareng si Mincreng jeung rerencangana
Aa                 :
Wilujeng sonten Jang, eh rek kamana atuh Jang ulin wae...
Ujang            :
Kan bade ka masigit ari Aa eh na kumaha. Hayu atuh sareng a.
Aa                 :
Ohh, muhun atuh hayu.
          Kaleresan di jalan maranehanana panggih jeung si Eneng sareng rerencangana.
Aa                 :
Keju awis nu ceu Lilis
Meni amis meni legit
Si Eneng mah meni geulis
Mun di gamis ka masigit
Eneng           :
Lah. Si Aa bisa wae, itu da rerencangan abi ge digamis berarti teu geulis atuh ?
Mincreng     :
Heuheuh ah si Aa mah kumaha atuh ka si Eneng wae..
Ujang            :
Ari hoyong ka ciamis
Kudu bari mawa wajit
Ari hoyong kanu geulis
Kudu getol ka masigit
Tahh A sing getol atuh ka masigit teh ulah belang betong wae
          Teu lila datang tukang beberesih di masjid anu rek sholat di masjid nyaeta si Enok
Mincreng     :
A itu saha eung siga lain orang dieu
Aa                 :
Ti jauh siga neng eulis
Dideukeutan mawa cau
Ti jauh mah asa geulis
Dideukeutan bararau
Eneng           :
Ulah sok ngahina kitu A itu teh si Enok eh babaturan urang, nya micreng ?
Mincreng     :
Enya bener, da emang kulawargi na mah tos teu mampu.
Aya jalma di wahangan
Anu keur meresan pare
Lamun hoyong dibageuran
Tangtu kudu silih mere
Ujang            :
Ehh malah ngagarosip hayu sholat ges adan caricing wae di luar
          Adzan tanda sholat magrib ngumandang. Sangges sarolat tuluy dzikir di masij sarta tadarus heula.
Eneng           :
Nok, nok. Tuh si Aa kunaon seuseurian teu puguh.
Si aa meuli lomari
Mun ditenjo meni alus
Si aa sok sura seuri
Mun ditenjo beuki manis
Enok             :
Jih nya duka, eta teh ker nempokeun Eneng tuh da terpesona cenah.
Eneng           :
Lahh maenya wae.
Enok             :
Lamun urang meunang jodo
Pasti bakal mikabogoh
Lamun urang henteu bodo
Pasti bakal boga kabogoh
Tos ah ayeuna mah diajar heula sing pinter lain waktuna.
Eneng           :
Ehh enya atuh meh sukses engkena.
Sing sering ka karanganyar
Lamun bisa marawa es
Sing rajin heula diajar
Lamun hoyong jadi sukses
          Sangges solat jeung tadarus, panggih deui di teras masjid.
Ujang            :
Tuh A geus peuting, itu maenya awewe baralik eweh nu maturan ngke sarieuneun.
Lamun boga cau nu amis
Pasti bakal loba milik
Lamun boga awewe nu geulis
Pasti bakal loba nu nyulik
Aa                 :
Eh, enya nyah ke atuh hehe sakalian wang anterkeun sampekeun ka imah.
Enok             :
A, maenya moal dianterkeun teh. Tuh cek si Eneng ge hayu atuh a, kade nya dugi ka bumina si Eneng, ehh kana pantona weh, ehh atanapi kalebetna ge.
Meuli aci di kawali
Nyokotna ku nu digawe
Balik peuting teh pamali
Komo deui jeung awewe
Eneng           :
Si Enok nya nanahaonan ulah kitu ah isin
Enok             :
Eh tong sok kitu, jug tuh jeung si Aa
Aa                 :
Nu gareulis make gamis
Laleumpang siga eraeun
Eneng eneng nu gareulis
Yuk ku aa dianterkeun
Hayu gareulis dianterkeun ku Aa sareng si Ujang