“KETERKAITAN TOLERANSI DAN KERUKUNAN SESUAI DENGAN PESAN
Q.S YUNUS DENGAN SIKAP MENGHINDARI DIRI DARI TINDAK KEKERASAN BERDASARKAN Q.S
AL-MAIDAH”
Tugas Ini
Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam
Semester Genap
Tahun Pelajaran
2017/2018
DISUSUN OLEH : KELOMPOK / XI
IPA 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemerintahan Kabupaten Ciamis
Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan
SMA NEGERI 2
CIAMIS
Jln. K.H. Ahmad Dahlan No. 2 tlp. 771709 Ciamis
LEMBAR
PENGESAHAN
Makalah yang berjudul “KETERKAITAN
TOLERANSI DAN KERUKUNAN SESUAI DENGAN PESAN Q.S YUNUS DENGAN SIKAP MENGHINDARI
DIRI DARI TINDAK KEKERASAN BERDASARKAN Q.S AL-MAIDAH”. Tugas Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Semester Genap Tahun 2017/2018
Telah disetujui oleh :
Wali Kelas Guru
Mata Pelajaran
NIP : NIP :
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat, serta karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
sederhana ini.
Selain itu saya mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Ibu selaku wali kelas XI IPA 5.
2.
Bapak selaku pembimbing sekaligus guru mata
pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kami menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan acuan untuk membuat makalah lebih
baik lagi kedepannya.
Ciamis,
17 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN............................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................. 5
A.
Latar Belakang.......................................................................... 5
B. Tujuan....................................................................................... 5
C.
Rumusan Masalah..................................................................... 5
BAB II
PEMBAHASAN................................................................... 6
A. Pengertian
Toleransi.................................................................. 6
B. Kajian Hadis
Toleransi.............................................................. 7
C. Surat Yunus Ayat
41-42 dan Kajiannya................................... 8
D. Isi Kandungan Surat
Yunus Ayat 41-42................................... 9
E. Pengertian
Kerukunan.............................................................. 10
F. Perilaku yang
Tercermin dalam Surat Yunus Ayat 41-42........ 11
G. Surat AL-Maidah
Ayat 32....................................................... 11
H. Isi
Kandungan Surat Al-Maidah Ayat 32................................. 11
I.
Menghindari Diri dari Tindak Kekerasan................................. 12
BAB III PENUTUP ......................................................................... 14
A.
Kesimpulan.............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kajian
tentang hadis-hadis tentang toleransi pada makalah ini merujuk pada makna asli
kata samâhah dalam bahasa Arab (yang artinya mempermudah, memberi
kemurahan dan keluasan).Akan tetapi, makna memudahkan dan memberi keluasan di
sini bukan mutlak sebagaimana dipahami secara bebas, melainkan tetapbersandar
pada Alquran dan Hadis.
Dalam
bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan kata toleransi
adalah samâhah atau tasâmuh. Kata ini pada dasarnya
berarti al-jûd (kemuliaan), atau sa’at al-sadr (lapang
dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan). Makna ini
berkembang menjadi sikap lapang dada atau terbuka (welcome)
dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang
mulia. Dengan demikian, berbeda dengan kata tolerance yang
mengandung nuansa keterpaksaan, maka kata tasâmuh memiliki keutamaan,
karena melambangkan sikap yang bersumber pada kemuliaan diri (al-jûd wa
al-karam) dan keikhlasan.
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui isi kandungan dari surat Yunus ayat
41-42 serta toleransi dan kerukunan yang terkandung
2.
Untuk mengetahui isi kandungan surat Al-maidah ayat 32
serta cara menghindari diri dari tindak kekerasan
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apa itu toleransi ?
2.
Apa itu kerukunan
?
3.
Bagaimana isi kandungan surat Yunus ayat 41-42 ?
4.
Dan bagaimana isi kandungan surat Al-maidah ayat 32 ?
5.
Apa perilaku toleransi yang ada pada surat tersebut ?
6.
Bagaimana cara menghindari diri dari tindak kekerasan ?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Toleransi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa arti kata ‘toleransi’ berarti sifat atau sikap
toleran. Kata toleran
sendiri didefinisikan sebagai “bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian sendiri.
Toleransi merupakan kata yang
diserap dari bahasa Inggris ‘tolerance’ yang berarti sabar dan kelapangan
dada, adapun kata kerja transitifnya adalah ‘tolerate’ yang berarti sabar
menghadapi atau melihat dan tahan terhadap sesuatu, sementara kata
sifatnya adalah ‘tolerant’ yang berarti bersikap toleran, sabar terhadap
sesuatu. Sedangkan menurut Abdul Malik Salman,
kata tolerance sendiri berasal dari bahasa Latin:
‘tolerare’ yang berarti berusaha untuk tetap bertahan hidup, tinggal atau
berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai atau disenangi. Dengan demikian, pada awalnya dalam
makna toleransi terkandung sikap keterpaksaan.
Dalam bahasa Arab, istilah yang
lazim dipergunakan sebagai padanan kata toleransi
adalah samâhah atau tasâmuh. Kata ini pada dasarnya
berarti al-jûd (kemuliaan), atau sa’at
al-sadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan). Makna ini berkembang menjadi sikap lapang
dada atau terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber
dari kepribadian yang mulia. Dengan demikian, berbeda dengan
kata tolerance yang mengandung nuansa keterpaksaan, maka
kata tasâmuh memiliki keutamaan, karena melambangkan sikap yang
bersumber pada kemuliaan diri (al-jûd wa al-karam) dan keikhlasan.
Ahmad ibn Faris dalam
kitab Al-Mu’jam al-Maqâyis al
Lughah, mengartikan kata samâhah dengan suhulah (mempermudah). Pengertian ini dikuatkan Ibn
Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bâri yang mengartikan
kata as-samhah dengan kata as-sahlah (mudah), dalam
memaknai sebuah riwayat yang berbunyi, Ahabbu ad-din ila Allâh
al-hanifiyyah as-samhah. Perbedaan arti ini sudah barang tentu mempengaruhi
pemahaman penggunaan kata-kata ini dalam bahasa
Arab dan Inggris.
Pemahaman tentang toleransi tidak
dapat berdiri sendiri, karena terkait erat dengan suatu realitas lain yang
merupakan penyebab langsung dari lahirnya toleransi, yaitu pluralisme
(Arab: ta’addudiyyat). Dengan demiki-an untuk mendapatkan
pengertian tentang toleransi yangbaik, maka pemahaman yang benar
mengenai pluralisme adalah suatu keniscayaan. Kajian tentang
hadis-hadis tentang toleransi pada makalah ini merujuk pada makna asli
kata samâhah dalam bahasa Arab (yang artinya mempermudah, memberi
kemurahan dan keluasan).Akan tetapi, makna memudahkan dan memberi keluasan di
sini bukan mutlak sebagaimana dipahami secara bebas, melainkan tetapbersandar
pada Alquran dan Hadis.
2.2 Kajian Hadis Toleransi
Dalam hadis Rasulullah saw.
ternyata cukup banyak ditemukan hadis-hadis yang memberikan perhatian secara
verbal tentang toleransi sebagai karakter ajaran inti Islam. Hal ini
tentu menjadi pendorong yang kuat untuk menelusuri ajaran toleransi dalam
Alquran, sebab apa yang disampaikan dalam hadis merupakan manifestasi dari apa
yang disampaikan dalam Alquran.
Di dalam salah satu hadis
Rasulullah saw., beliau bersabda :
حَدَّثَنِا عبد الله حدثنى أبى حدثنى يَزِيدُ
قَالَ أنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ
عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ
اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى
اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ.
Telah menceritakan kepada kami
Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah menceritakan kepada saya
Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin
Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada
Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh
Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)"
Ibn
Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini, beliau berkata: “Hadis ini di riwayatkan oleh
Al-Bukhari pada
kitab Iman, Bab Agama itu Mudah” di dalam sahihnya secara mu'allaq dengan tidak menyebutkan sanadnya
karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis sahih menurut Imam
al-Bukhari,
akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya secara lengkap dalam al-Adâb al-Mufrad yang
diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas dengan sanad yang hasan. Sementara Syekh Nasiruddin al-Albani mengatakan bahwa
hadis ini adalah hadis yang kedudukannya adalah hasan
lighairih.”
Berdasarkan
hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang toleran dalam
berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah maupun syariah, akan tetapi toleransi
dalam Islam lebih dititikberatkan pada wilayah mua’malah. Rasulullah saw.
bersabda :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاشٍ حَدَّثَنَا
أَبُو غَسَّانَ مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا
إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى.
Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Ayyasy telah menceritakan
kepada kami Abu Ghassan Muhammad bin Mutarrif berkata, telah menceritakan
kepada saya Muhammad bin al-Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah ra. bahwa Rasulullah
saw. bersabda: "Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan
ketika membeli, dan ketika memutuskan perkara"
2.3 Surat Yunus Ayat 41-42 dan Kajiannya
“Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku
kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". (41)
Kajiannya :
Kemudian Allah swt. memberikan penjelasan bahwa apabila
orang-orang musyrikin itu tetap mendustakan Muhammad saw., maka Allah swt.
memerintahkan kepadanya untuk mengatakan kepada mereka bahwa Nabi Muhammad saw.
berhak meneruskan tugasnya yaitu meneruskan tugas-tugas kerasulannya sebagai
penyampai perintah Allah yang nyata kebenarannya, yang mengandung peringatan
dan penghibur serta tuntunan ibadah serta pokok-pokok kemaslahatan yang menjadi
pedoman untuk kehidupan dunia. Nabi Muhammad saw. tidak diperintahkan untuk
memeriksa mereka, apabila mereka tetap mempertahankan sikap mereka yang
mendustakan Alquran dan mempersekutukan Allah swt.
“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah
kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak
mengerti.”
Kajiannya :
Sesudah itu Allah
swt. menjelaskan kepada Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya bahwa di antara
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah itu ada sekelompok manusia yang
mendengarkan secara sembunyi-sembunyi apabila Alquran itu dibacakan. Mereka
memperhatikan pokok-pokok agama yang terkandung di dalamnya, hanya saja mereka
itu bukanlah bermaksud untuk mendengarnya dengan ketulusan hati. Karena mereka
pada saat mendengar itu tidak mau mempergunakan akalnya untuk memperhatikan
kandungan isinya dan tidak pula mau memikirkan maksud dan tujuannya, sehingga
mereka itu dapat memahami tujuan yang sebenarnya.
Mereka
mendengarkan itu karena tertarik kepada susunan bahasa yang indah dari Alquran
dan mereka merasa tercengang mendengar keindahan susunannya, seperti seorang
yang tertarik kepada kicauan murai di atas pepohonan, mereka hanya dapat
menikmati keindahannya tetapi tidak dapat memahami maksud apa yang terkandung
dalam kicauannya itu.
2.4 Isi Kandungan Surat Yunus Ayat 41-42
a.
Ada golongan umat manusia yang
beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman kepada Al-Qur'an.
b.
Allah SWT mengetahui sikap dan
perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada Allah SWT dan
orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT.
c.
Orang-orang yang beriman kepada Allah
SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah SWT yang terakhir adalah Nabi
Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci yang harus dijadikan pedoman hidup
umat manusia sampai akhir zaman.
Umat Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik
ataupun buruk diketahui oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul
dosanya sendiri-sendiri.
Orang-orang yang beriman kepada
Al-Quran, pastinya mereka juga telah beriman kepada Allah swt. Dan juga
sebaliknya, orang yang tidak beriman kepada Al-Quran, mereka juga tidak beriman
kepada Allah SWT. Allah swt merupakan Tuhan Yang Maha Mengetahui, Allah pasti
mengetahui apa saja yang kita kerjakan di muka bumi ini.
Kemudian di dalam ayat yang
selanjutnya yaitu ayat 41, dijelaskan tentang tindakan orang-orang yang tidak
beriman terhadap Al-Quran dan terus menerus mendustakan Nabi SAW dan tidak mau
beriman kepada Allah swt. Jika mereka selalu berbuat hal yang sama terus
menerus, maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku (amalku) dan bagimu
pekerjaanmu". Dalam ayat ini, maknanya hampir sama dengan makna yang
terkandung pada Q.S. Al-Kafirun, yang mana pada intinya adalah tentang
toleransi beragama.
Amal yang kita kerjakan adalah
untuk kita sendiri, dan amal yang mereka kerjakan adalah untuk mereka sendiri.
Kita tidak boleh ikut campur tangan terhadap agama yang telah mereka yakini,
karena mereka mempunyai hak untuk menganut agama yang mereka yakini, begitu
juga dengan kita yang juga memiliki hak untuk menganut agama yang kita yakini.
Kita tidak boleh memaksakan kehendak mereka untuk menjadi seagama dengan kita,
dan begitu juga sebaliknya.
Kemudian selanjutnya tentang
"Kamu berlepas diri terhapa apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas
diri terhadap apa yang kamu kerjakan". Semua perbuatan baik atau jahat
yang kita lakukan di dunia ini pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal,
berkaitan dengan ayat ini bahwa kita akan menerima balasan baik yang baik
maupun yang burus sesuai dengan amal yang telah kita perbuat di dunia ini. Dan
itu tidak akan terpengaruh dengan amal perbuatan yang mereka (orang yang tidak
beriman) kerjakan, kita tidak akan mendapatkan balasan akibat perbuatan buruk
yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman (selama kita tidak
terkait/tidak ikut serta dalam perbuatan buruk tersebut). Dan begitu juga
sebaliknya.
Kemudian, terhadap mereka
(orang-orang yang tidak beriman) yang selalu mendustakan Nabi Muhamaad SAW,
beliau diperintahkan oleh Allah swt untuk selalu berdakwah, dan menyampaikan
kebenaran. Rasulullah tidak diperbolekan (tidak diperintahkan) untuk memeriksa,
mengadili dan memaksa mereka untuk beriman kepada Allah swt. Tugas Rasul adalah
menyampaikan, masalah mereka mau tidaknya untuk beriman kepada Allah swt, itu
tergantung dari Allah swt yang memberikan Hidayah (petunjuk) kepada para
hambanya.
2.5 Pengertian Kerukunan
Pengertian kerukunan. Kerukunan
merupakan jalan hidup setiap manusia yang memiliki bagian-bagian dan tujuan
tertentu yang harus dijaga bersama-sama, saling tolong menolong, toleransi,
tidak saling bermusuhan dan saling menjaga satu sama lain. Maka dari itu setiap
tanggal 3 Januari dinyatakan sebagai hari kerukunan nasional.
Kata kerukunan berasal dari bahasa
arab ruknun (rukun) kata jamaknya adalah arkan yang berarti asas, dasar atau
pondasi (arti generiknya).
Dalam bahasa Indonesia arti rukun
ialah:
3.
Rukun (nominal),
berarti: Sesuatu yang harus di penuhi untuk sahnya pekerjaan, seperti tidak
sahnya manusia dalam sembahyang yang tidak cukup syarat, dan rukunya asas, yang
berarti dasar atau sendi: semuanya terlaksana dengan baik tidak menyimpang dari
rukunnya agama.
4.
Rukun (ajektif)
berarti: Baik dan damai tidak bertentangan: hendaknya kita hidup rukun dengan
tetangga, bersatu hati, sepakat. Merukunkan berarti:
mendamaikanenjadikan bersatu hati. Kerukunan berarti : perihal hidup rukun;
rasa rukun; kesepakatan: kerukunan hidup bersama.
Kerukunan berarti sepakat dalam
perbedaan-perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai
titik tolak untuk membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta menerima
dengan ketulusan hati yang penuh ke ikhlasan.
Kerukunan merupakan
kondisi dan proses tercipta dan terpeliharannya
pola-pola interaksi yang beragam diantara unit-unit (unsure / sub sistem) yang
otonom. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap
saling menerima, saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta
sikap saling memaknai kebersamaan.
Dalam pengertian sehari-hari kata
rukun dan kerukununan adalah damai dan perdamaian. Dengan pengertian ini jelas,
bahwa kata kerukunan hanya dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan.
Kerukunan antar umat beragama bukan berarti merelatifir agama-agama yang ada
dan melebur kepada satu totalitas (sinkretisme agama) dengan menjadikan
agama-agama yang ada itu sebagai mazhab dari agama totalitas itu, melainkan
sebagai cara atau sarana untuk mempertemukan, mengatur hubungan luar antara
orang yang tidak seagama atau antara golongan umat beragama
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kerukunan ialah hidup damai dan tentram saling toleransi antara masyarakat yang
beragama sama maupun berbeda, kesediaan mereka untuk menerima adanya perbedaan
keyakinan dengan orang atau kelompok lain, membiarkan orang lain untuk
mengamalkan ajaran yang diyakini oleh masing-masing masyarakat, dan kemampuan
untuk menerima perbedaan.
2.6 Perilaku yang Tercermin dalam Surat Yunus Ayat 41-42
a.
Menghormati apa
yang sudah menjadi keyakinan mereka dan tidak memaksakan agama kepada orang
lain
b.
Memberi
kebebasan kepada orang lain khusunya pemeluk agama lain untuk melaksanakan
ibadah
c.
Tidak
mencampuradukkan keyakinan agama yang satu dengan yang lain
d.
Selalu berusaha
berbuat baik, karena semua yang kita kerjakan akan mendapatkan balasan dari
Allah swt
e.
Tidak mengganggu
orang lain yang berbeda agama dan keyakinan.
f.
Tidak menerima
bujuk rayu dari orang lain yang berbeda agama.
g.
Menganggap orang
lain sebagai saudara meskipun berbeda agama dan keyakinan.
h.
Selalu bersikap
hormat dan menghargai orang lain yang berbeda keyakinan, menghindari sikap
permusuhan dan kebencian terhadap orang lain.
i.
Menghindari
sikap egois, sombong dan angkuh yang dapat membuat orang lain tersinggung.
j.
Selalu waspada
terhadap orang lain yang bermaksud menghancurkan akidah.
k.
Bersikap teguh
pendirian dalam menegakkan kebenaran sesuai yang dianjurkan agama Islam.
2.7 Surat Al-Maidah Ayat 32
“Oleh karena itu Kami tetapkan
(suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya
telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
2.8 Isi Kandungan Surat Al-Maidah Ayat 32
Bisa disimpulkan bahwa kandungan dari surah ini yakni :
a. Nasib manusia sepanjang sejarah
memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata
rantai yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah
mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
b. Nilai suatu pekerjaan berkaitan
dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat, merupakan
pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi eksekusi terhadap seorang pembunuh
dalam rangka qishash merupakan sumber kehidupan masyarakat.
c. Mereka yang memiliki pekerjaan
yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti para dokter dan
perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau menyelamatkan
orang yang sakit dari kematian, bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat dari
kehancuran.
2.9 Menghindari Diri dari Tindak Kekerasan
Menghindarkan
diri dari perilaku tindak kekerasan wajib dilakukan oleh kita sebagai makhluk
Allah. Manusia dianugerahi oleh Allah Swt. berupa nafsu. Dengan nafsu
tersebut, manusia dapat merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa
melakukan persahabatan dan permusuhan. Dengannya pula manusia bisa mencapai
kesempurnaan ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang telah berhasil dijinakkan
oleh akal saja yang akan mampu menghantarkan manusia kepada kesempurnaan. Namun
sebaliknya, jika nafsu di luar kendali akal, niscaya akan menjerumuskan manusia
ke dalam jurang kesengsaraan dan kehinaan.
Permusuhan
berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh seorang manusia. Sebagaimana cinta,
benci juga berasal dari nafsu yang harus bertumpu di atas pondasi akal.
Permusuhan di antara manusia terkadang karena kedengkian pada hal-hal duniawi
seperti pada kasus anak-anak Nabi Adam as. Qabil dan Habil ataupun pada kisah
Nabi Yusuf as. dan saudara-saudaranya. Terkadang pula permusuhan dikarenakan
dasar ideologi dan keyakinan.
Allah
Swt. menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa pembunuhan Qabil
terhadap Habil, Allah Swt. menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seorang
manusia, sama dengan membunuh seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan
kehidupan seorang manusia, sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini
menyinggung sebuah prinsip sosial di mana masyarakat bagaikan sebuah tubuh,
sedangkan individu-individu masyarakat merupakan anggota tubuh tersebut.
Apabila sebuah anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lainnya pun ikut
merasakan sakit.
Begitu
juga apabila seseorang berani mencemari tangannya dengan darah orang yang tak
berdosa, maka pada hakikatnya dia telah membunuh manusia- manusia lain yang tak
berdosa. Dari segi sistem penciptaan manusia, terbunuhnya Habil telah
menyebabkan hancurnya generasi besar suatu masyarakat, yang bakal tampil dan
lahir di dunia ini. Al-Qur’an memberikan perhatian penuh terhadap perlindungan
jiwa manusia dan menganggap membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh
sebuah masyarakat. Pengadilan di negara-negara tertentu menjatuhkan hukuman
qisas, yaitu membunuh orang yang telah membunuh. Di Indonesia juga pernah
dilakukan hukuman mati bagi para pembunuh.
Berikut perilaku-perilaku toleransi yang harus dibina sesuai
dengan ajaran Islam.
a. Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak
boleh memaksakan kehendak kepada orang lain agar mereka mengikuti keyakinan
kita. Orang yang berkeyakinan lain pun tidak boleh memaksakan keyakinan kepada
kita. Dengan memperlihatkan perilaku berakhlak mulia, insya Allah orang lain
akan tertarik. Rasulullah saw. selalu memperlihatkan akhlak mulia kepada siapa
pun termasuk musuh-musuhnya, banyak orang kafir yang tertarik kepada akhlak
Rasulullah saw. lalu masuk Islam karena kemuliaannya.
b. Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia
diciptakan dengan membawa perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan
tersebut.
c. Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain, lalu bantulah orang yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan
disebabkan hilangnya rasa empati. Ketika mau mengganggu orang lain, harus sadar
bahwa mengganggu itu akan menyakitkan, bagaimana kalau itu terjadi pada diri
kita.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi
dengan dibuatnya makalah ini diharapkya bertoleransi antar sesama, baik dari hal
agama maupun dalam hal lain. Hal ini dibutuhkan untuk
menciptakan kehidupan yang tentram, sehingga diperlukan kesediaan pada setiap
individu manusia untuk selalu menanamkan sikap toleransi dalam beragama. Demikian
semestinya toleransi beragama itu diterapkan dimasyarakat Indonesia yang
mayoritasnya beragama Islam. Tidak sepantasnya kaum muslimin lalai dari segenap
prinsip dan patokan agamanya dalam bertoleransi. Karen kaum muslimin akan
ditunggangi oelh musuh-musuhnya bila melalaikan prinsip-prinsip tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ijin copas yak
ReplyDelete