Pages

Wednesday, February 16, 2022

ACARA 4 UJI ORGANOLEPTIK

 

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL....................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A.      Latar Belakang............................................................................................... 1

B.       Tujuan............................................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 3

III. METODE PRAKTIKUM.................................................................................... 7

A.      Bahan dan Alat............................................................................................... 7

B.       Prosedur Kerja................................................................................................ 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................. 8

A.      Hasil............................................................................................................... 8

B.       Pembahasan.................................................................................................... 8

V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 14

A.      Kesimpulan.................................................................................................... 14

B.       Saran.............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 15

LAMPIRAN................................................................................................................ 17

Lampiran 1. ACC........................................................................................... 17

Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum............................................................ 18

Lampiran 3. Pustaka....................................................................................... 20


 

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Uji Organoleptik Buah Jeruk......................................................................... 8

Tabel 4.2 Indeks Relatif Beberapa Buah Terkalibrasi dalam Derajat Brix.................. 11

Tabel 4.3 Indeks Relatif Beberapa Sayuran Terkalibrasi dalam Derajat Brix............. 11


I.         PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

         Teknik dasar laboratorium adalah salah satu mata kuliah yang ada pada program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Mata kuliah teknik dasar laboratorium merupakan praktikum yang berfungsi untuk membekali dasar-dasar dalam penggunaan laboratorium. Serangkaian acara praktikum pada teknik dasar laboratorium salah satunya adalah mengenai uji organoleptik yang dilakukan dengan menggunakan buah jeruk pada beberapa orang. Praktikum yang dilaksanakan pada acara ini adalah uji organoleptik pada buah jeruk. Pengujian dilakukan pada beberapa orang terutama saudara terdekat dengan batas usia tertentu. Parameter yang diukur pada uji organoleptik ini adalah rasa kemanisan yang dirasakan pada setiap orang dari satu buah jeruk.

         Buah-buahan menjadi salah satu pangan yang penting dengan kandungan karbohidrat, vitamin, mineral, serat dan senyawa fenolat berfungsi sebagai antioksidan pada tubuh. Selain itu dengan mengonsumsi buah-buahan akan mencegah terjadinya risiko penyakit seperti kardiovaskular, kanker, diabetes dan obesitas. Manfaat yang bisa didapatkan dari mengonsumsi buah-buahan sudah menjadi hal yang penting di kalangan masyarakat karena vitamin yang terkandung pada setiap jenis buah. Rekomendasi dengan mengonsumsi buah-buahan menjadi strategi dan prioritas masyarakat untuk memperbaiki tingkat kesehatan yang ada di Indonesia (Hoerudin, 2012).

         Kualitas buah maupun sayuran seperti dari warna, bentuk, ukuran, tekstur, aroma, dan kandungan nutrisinya menjadi incaran di kalangan masyarakat untuk bisa memilih kualitas yang terbaik untuk bisa dikonsumsi dan memberikan manfaat bagi tubuh. Buah-buahan tentunya memiliki rasa manis yang berbeda-beda tergantung dari jenis buah dan spesies buah tersebut. Rasa manis dalam buah tersebut dipengaruhi oleh banyaknya zat padat yang terlarut dalam buah, salah satunya adalah gula.

Untuk bisa menguji kadar konsentrasi kemanisan buah terdapat alat yang biasa dikenal sebagai refraktometer. Alat tersebut digunakan untuk mengukur kadar gula dan protein yang hasilnya dinyatakan dalam nilai Brix. Cara tradisional dengan tanpa menggunakan alat adalah dengan menggunakan uji organoleptik. Pada praktikum kali ini uji organolekptik menjadi pilihan untuk bisa mengukur kadar kemanisan pada suatu buah. Buah yang akan digunakan pada praktikum kali ini adalah dengan menggunakan buah jeruk. Dari buah jeruk tersebut akan didapatkan tingkat kemanisan untuk nantinya akan dibahas mengenai kadar kemanisan dan kandungan gula yang terdapat di dalamnya.

 

B.       Tujuan

         Praktikum ini bertujuan untuk:

1.        Mengetahui kadar gula dan glukosa yang terdapat pada buah-buahan.

2.        Mengetahui tingkat kemanisan dan nilai brix pada buah-buahan.

3.        Mengetahui hasil uji organoleptik pada buah jeruk dan hubungannya dengan tingkat kemanisan pada buah.


 

II.      TINJAUAN PUSTAKA

         Buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Mengonsumsi buah-buahan dapat berkorelasi negatif terhadap risiko penyakit seperti kardiovaskular, kanker, obesitas, dan diabetes. Hasil pertanian di Indonesia termasuk buah-buahan yang melimpah dan beragam menjadi nilai eksotik dalam bentuk rasa, visual, maupun aroma yang khas. Antioksidan yang tinggi pada setiap jenis buah-buahan dapat menjadi nilai ekonomi yang tinggi ditambah lagi dengan kandungan vitamin dan mineral, dan serat (Hoerudin, 2012).

         Menurut Balai Pengujian dan Identifikasi Barang (2016) penilaian mengenai kualitas buah mulai dari rasa, visualisasi, aroma, dan tekstur bersifat subjektif dan memerlukan teknik peralatan canggih untuk bisa menentukan kualitas buah yang sebenarnya. Kualitas makanan pada suatu bahan makanan, bahkan ada yang dinilai oleh beberapa panelis terlatih dan ahli di bidang pengujian kualitas buah-buahan dengan melalui pengujian organoleptik karena kemampuannya untuk membedakan sampel berdasarkan sifat sensori dan memiliki kepekaan yang cukup baik. Tetapi, hal tersebut tentunya menyita waktu dan indera perasa yang ada pada setiap orang memiliki perbedaan meskipun hanya sedikit.

         Untuk bisa memilih buah-buahan dan sayuran yang aman untuk dikonsumsi tedapat beberapa cara, dikutip dari Badan Ketahanan Pangan Daerah Sulawesi Selatan (2012), yaitu:

1.        Warna buah dan sayur segar.

2.        Buah dan sayur yang termasuk ke dalam jenis bunga harus terlihat cantik bentuknya dan tidak bertekstur keras ataupun tidak lembek.

3.        Kulit pada permukaan buah dan sayur berjenis buah tidak memiliki keriput dan banyal mengandung air. Sedangkan sayuran yang berjenis kacang-kacangan perlu dipilih yang cerah warnanya dan renyah jika batangnya dipatahkan.

4.        Sayuran dengan jenis akar atau umbi-umbian bertekstur keras dan terlihat banyak mengandung air.

5.        Sayuran yang digunakan dalam bentuk tunas atau pucuk harus berwarna cerah, segar, dan banyak mengandung air.

         Kualitas buah yang baik tersebut akan menentukan rasa, visual, dan aroma yang menarik sehingga dapat menjadi incaran di kalangan masyarakat yang menyukai buah-buahan. Pada buah-buahan atau sayuran biasanya memiliki kadar glukosa yang beragam. Gula monosakarida termasuk ke dalam jenis glukosa yang dapat diserap oleh tubuh. Kada glukosa pada bahan pangan karbohirdrat biasanya terdiri dari monosakarida yang sudah tersedia secara alami dari pemecahan polisakarida dalam bentuk pati atau amilum pada bahan pangan tersebut. Proses pengolahan pangan melalui hidrolisis selama polisakarida dikatalisis oleh asam dan enzim pada saluran pencernaan disebut dengan proses pemecahan polisakarida menjadi monosakarida (Wang dan Copeland, 2015 dalam Diyah, 2016).

         Hubungan antara glukosa dengan buah-buahan biasanya dengan indeks glikemik. Indeks Glikemik (IG) merupakan ukuran yanh dikembangkan untuk klasifikasi pangan karbohidrat berdasarkan fisiolohisnya terhadap kada glukosa darah. Ada beberapa yang mempengaruhi indeks glikemik pada buah-buahan, yaitu komposisi gula, struktur dan serat pangan, konsentrasi solut dan asam organik, kandungan senyawa polifenol, dan tingkat kematangan. Pembahasan yang berhubungan dengan praktikum kali ini akan membahas mengenai komposisi gula dan tingkat kematangan pada buah (Hoerudin, 2012).

         Monosakarida dan disakarida termasuk ke dalam gula sederhana yang merupakan sumber utama karbohidrat dalam buah. Komponen gula dan gula total dalam setiap jenis buah berbeda tergantung dari varietas buah tersebut. Sorbitol, merupakan polyols termasuk ke dalam gula alkohol dan merupakan bentuk lain dari monosakarida (glukosa, fruktosa), dan disakarida (sukrosa). Sorbitol terkandung dalam jenis buah keluarga Rosaceae seperti pada buah apel, aprikot, ceri dan pir, dan keluarga Ampelidaceae, seperti anggur. Campuran komponen-komponen pada gula tersebut dapat menentukan derajat kemanisan buah yang dikonsumsi (Hoerudin, 2012).

         Menurut Hoerudin (2012), komposisi fitokimia buah mengalami perubahan selama proses pematangan. Misalnya adalah pati yang terkandung dalam buah mentah akan mengalami konversi menjadi gula bebas, terutama glukosa, ketika buah memasuki fase matang. Tingkat kematangan buah tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kemanisan dari buah dengan kandungan glukosa, sukrosa, dan fruktosa yang terdapat di dalam buah-buahan.

         Salah satu jenis buah-buahan yang ada pada praktikum kali ini adalah buah jeruk. Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Jeruk berasal dari Cina, yang dipercaya sebagai tempat pertama kali tanaman jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda. Peninggalan dari Belanda tersebut mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali. Jeruk yang sebenarnya tersebut mempunyai enam genera yaitu : 1) Citrus; 2) Microcitrus; 3) Fortunella; 4) Poncirus; 5) Cymenia, dan 6) Eremocitrus. Semua genera tersebut mempunyai daun tunggal, kecuali Poncirus yang mempunyai daun majemuk (trifoliate). Sifat daun trifoliate ini dominan terhadap daun tunggal (Martasari, 2017).

         Buah jeruk tidak hanya dihidangkan sebagai buah meja yang dinikmati dalam keadaan segar, diolah sebagai minuman dalam kemasan, sebagai sumber vitamin C yang diperlukan oleh tubuh. Kualitas dalam buah jeruk ditentukan oleh sifat fisik seperti berat, diameter, ukuran, volume, ukuran buah, dan kandungan komponen dalam buah misalnya vitamin C serta kadar air gula dalam buah. Tingkat kematangan buah dan lingkungan tempat tumbuh juga dapat mempengaruhi perbedaan kandungan komponen kimia dalam buah (Qomariah, 2013 dalam Aryanti, 2017). Perlu diperhatikan pula masa simpan buah disamping dari kualitas buah secara fisik dan kimia. Kualitas dari buah yang baik untuk dikonsumsi diawali saat pemanenan yaitu dengan tingkat kemasakan yang tepat dan sesuai. Buah jeruk yang memiliki tingkat kematangan belum sesuai saat panen akan menghasilkan kualitas rendah terutama pada rasa (Aryanti, 2017).

         Uji organoleptik atau pengujian sensorik bertujuan untuk mengukur kualitas dan rasa manis buah jeruk berdasarkan rasa. Uji Organoleptik atau biasa disebut uji indera atau uji sensori adalah metode pengujian yang menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk mengukur akseptabilitas suatu produk yang diuji. Pengujian sensorik memainkan peran penting dalam aplikasi kualitas. Tes sensorik dapat menunjukkan tanda-tanda kerusakan produk, pembusukan dan kerusakan lainnya. Penilaian bahan makanan ditentukan menurut karakteristik sensorik pada stimulasi tubuh manusia. Salah satu ramuannya adalah indikator manisnya buah jeruk, yang rasa manisnya semakin terasa di ujung lidah. Selain rasa manis, ada juga rasa asin di ujung lidah, rasa asam di ujung lidah, dan rasa pahit di bagian dalam lidah. (Wahyuningtias, 2010).

         Selain dengan menggunakan uji organoleptik untuk menentukan kadar kemanisan dalam buah, terdapat alat yang digunakan untuk mengukur kadar konsentrasi bahan larutan yang masih berhubungan dengan buah-buahan, yaitu refraktometer. Refraktometer adalah instrumen yang menggunakan indeks bias cahaya, seperti gula dan garam, untuk mengukur konsentrasi dan kandungan zat terlarut. Indeks bias adalah rasio kecepatan cahaya dalam ruang hampa dengan kecepatan cahaya dalam suatu zat atau sinus sudut datang dengan sinus sudut bias. Indeks bias zat terlarut terus berubah dengan indeks bias dan panjang gelombang. (Fachrulssyah, 2018).

         Prinsip pengoperasian refraktometer didasarkan pada prinsip pembiasan. Jika sampel adalah larutan konsentrasi rendah, sudut bias akan lebih lebar karena perbedaan bias yang besar antara prisma dan sampel. Setelah itu, skala baca turun ke skala yang lebih rendah. Sebaliknya jika konsentrasi sampel tinggi, maka sudut bias antara prisma dan sampel akan semakin kecil sehingga menghasilkan sudut bias yang lebih kecil. Skala yang digunakan dalam pengukuran menggunakan refraktometer adalah brix, semakin tinggi nilai skala yang diperlihatkan maka kadar bahan terlarut dalam bahan tersebut akan tinggi pula. Hal tersebut misalnya ada dalam pengujian menggunakan jeruk, semakin tinggi nilai brix yang ditunjukan maka kandungan atau tingkat kemanisan pada buah jeruk tersebut akan semakin manis.

III.   METODE PRAKTIKUM

A.      Bahan dan Alat

         Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu buah jeruk. Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu alat tulis dan gawai untuk memotret.

 

B.       Prosedur Kerja

         Praktikum ini dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:

1.        Siapkan satu buah jeruk.

2.        Lima orang responden dengan kriteria usia 17 tahun – 50 tahun diminta untuk mencicipi buah jeruk tersebut (buah jeruk yang sama).

3.        Berikan skor tingkat kemanisan 1 – 5, yang berarti semakin besar skor maka semakin besar pula tingkat kemanisannya.

4.        Catat hasil pada lembar kerja.

 

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil

Tabel 4.1 Uji Organoleptik Buah Jeruk

No

Nama

Umur (tahun)

Skor

Rata-rata

1

2

3

4

5

1

Muhammad Raihan Indraguna

20 tahun

 

 

 

V

 

3,6

2

Siti Nur Aini Syah Rani

17 tahun

 

 

 

V

 

3

Ibu Wahyuni

49 tahun

 

 

V

 

 

4

Bapak Reza

29 tahun

 

 

 

V

 

5

Bapak Hatif

34 tahun

 

 

V

 

 

 

 

B.       Pembahasan

Pada praktikum kali ini adalah mengukur tingkat kemanisan pada buah jeruk dengan menggunakan uji organoleptik. Pengujian organoleptik merupakan uji yang dilakukan dengan memanfaatkan panca indera manusia untuk mengamati tekstur, aroma, warna, bentuk, dan rasa suatu produk makanan, minuman maupun obat. Uji organoleptik ini biasanya untuk menilai atau mengidentifikasi dan mengamati produk selama proses penyimpanan di berbagai perindustrian (Nasiru, 2011 dalam Ayustaningwarno, 2014).

Dalam melakukan uji organoleptik tentunya memerlukan panelis yang bisa memberikan gambaran mengenai produk untuk dinilai. Panelis merupakan anggota dari panel atau orang yang terlibat pada organoleptik  untuk bisa menilai mutu dan analisa sifat-sifat sensorik suatu produk. Pengujian organoleptik kali ini dilakukan secara deskripsi untuk bisa mengidentifikasi skala yang menggambarkan intensitas kepekaan dari indera perasa. Uji ini dilakukan dengan menguraikan karakteristik dari rasa bahan makanan yang nantinya dirata-ratakn untuk bisa membuat kesimpulan dari hasil uji yang diteliti (Ayustaningwarno, 2014).

Panelis yang menjadi bagian pada uji organoleptik buah jeruk kali ini adalah berusia 17 tahun sampai dengan 50 tahun. Pemilihan rentang usia tersebut karena biasanya kepekaan terhadap rasa akan lebih tinggi sehingga dapat merasakan rasa makanan yang lebih kuat. Sedangkan, buah jeruk yang dipilih adalah buah jeruk dengan kualitas terbaik yang ada di pasaran dengan bentuk bulat, warna orange segar dan dapat dikatakan memiliki mutu yang baik.

   Pada tabel hasil pembahasan menunjukan panelis pertama dengan tingkat kemanisan buah di skala 4. Sama halnya dengan panelis kedua yang menyatakan pada buah jeruk yang sama bahwa tingkat kemanisan berada di skala 4. Namun, pada panelis ketiga dan kelima mengatakan bahwa tingkat kemanisan buah tersebut berada di skala 3. Skala 4 pada buah jeruk tersebut dikatakan kembali oleh panelis keempat. Sementara itu panelis yang terakhir mengatakan bahwa buah jeruk tersebut memiliki tingkat kemanisan dengan skala 3.

   Berdasarkan data pengamatan uji organoleptik terhadap kelima panelis tersebut, dihasilkan buah jeruk dengan tingkat kemanisan di skala 4 oleh 3 orang panelis dan skala 3 oleh 2 orang panelis. Terdapat perbedaan rasa yang dihasilkan dari satu buah jeruk. Tentunya perbedaan rasa ini mempengaruhi dari tingkat kemanisan buah jeruk ini dan kepekaan terhadap rasa yang dikemukakan oleh beberapa panelis. Jika dirata-ratakan, tingkat kemanisan buah jeruk ini berada di skala 3,6 dari skala maksimalnya yaitu 5. Skala tersebut menunjukan buah jeruk memiliki rasa yang berada diantara tidak manis dan manis.

Berdasarkan hasil tersebut tingkat kemanisan buah jika dilakukan secara organoleptik memiliki perbedaan pada setiap orang tergantung dari kepekaan indera perasa setiap orang. Jika dihubungkan dengan tingkat kematangan buah, buah jeruk dikatakan matang dengan ditandai kulit buah hijau kekuningan mengkilap. Pada buah tersebut dilihat dari sisi visual, memperlihatkan buah dengan warna kekuningan yang berarti buah tersebut sudah matang. Selain itu buah tersebut memiliki indikator kematangan buah jeruk yang sesuai yaitu daging buah (pulp) yang berwarna kuning atau oranye kekuningan. Berbau sedikit harum, rasanya manis atau sedikit asam. Pulp terdiri dari gelembung kecil yang kedua ujungnya runcing atau tumpul, berisi cairan dan letaknya bebas (Prakoso, 2015).

   Kandungan yang ada pada jeruk mengandung energi yang cukup banyak dengan komponen utama penyumbang energi pada buah jeruk diantaranya adalah karbohidrat. Selain itu, buah jeruk banyak mengandung gula-gula sederhana antara lain fruktosa, glukosa, dan sukrosa, serta asam sitrat yang menyumbang sebagian kecil energi (Mikasari, 2015).

Uji organoleptik buah jeruk didasarkan pada indera peraba. Namun, jika menggunakan alat untuk mengukur tingkat padatan terlarut maka menggunakan alat refraktometer. Skala ukur yang digunakan dalam refraktometer adalah menggunakan nilai brix. Tanaman pangan dengan nilai brix yang tinggi tidak selalu memiliki rasa manis dan bukan merupakan tanaman pangan yang terbaik. Nilai brix lebih tepat digunakan pada buah-buahan. Nilai brix bukan merupakan ukuran dari suatu nilai gizi dari suatu tanaman pangan. Untuk mengukur gizi pada tanaman pangan diperlukan komponen yang kompleks.

Nama alat ukur yang digunakan untuk mengukur nilai brix pada suatu bahan atau larutan adalah dengan menggunakan refraktometer. Refraktometer digunakan untuk mengukur padatan terlarut yang ada pada suatu larutan. Alat tersebut bekerja dengan menggunakan indeks bias yang akan berubah untuk setiap perubahan dari brix. lensa refraktometer untuk gula berbeda dengan lensa untuk garam, sehingga untuk pengecekan gula dan garam dengan refraktometer yang berbeda yaitu khusus untuk garam dan khusus untuk gula (Putrianti, 2013).

         Penggunaan refraktometer untuk mengukur kada brix pada buah, yaitu:

1.      Refraktometer dibersihkan terlebih dahulu dengan tisu ke arah bawah dan satu arah.

2.      Refraktometer ditetesi dengan aquades dan kemudian dikalibrasi sampai nilai brix menjadi nol, kemudian dibersihkan dengan kertas tissue.

3.      Letakkan satu atau dua tetes sampel diatas kaca prisma.

4.      Pembacaan skala, melalui lubang teropong, pastikan garis batas biru tepat pada skala derajat brix.

5.      Catat hasil ukur dan kemudian alat dibersihkan kembali dari sisa sampel.

         Pengamatan dengan menggunakan refraktometer akan jauh berbeda dengan uji organoleptik. Pada uji organoleptik, hasil yang didapatkan berupa data dari panelis yang kemudian disimpulkan dari setiap data tersebut. Jika pengukuran menggunakan refraktometer maka akan berbeda karena nilai brix atau tingkat kemanisan dapat terlihat secara langsung setelah pengamatan. Setiap jenis buah tentunya memiliki kadar kemanisan tertentu. Berikut ini merupakan nilai indeks relatif dalam beberapa buah dan sayuran.

Tabel 4.2 Indeks Relatif Beberapa Buah-buahan Terkalibrasi dalam Derajat Brix

Jenis Buah

Kualitas

Poor

Average

Good

Excellent

Apel

6

10

14

18

Alpukat

4

6

8

10

Pisang

8

10

12

14

Cherry

6

8

14

16

Anggur

6

10

14

18

Lemon

4

6

8

12

Mangga

4

6

10

14

Jeruk

6

10

16

20

Pepaya

6

10

18

22

Pir

6

10

12

14

Nanas

12

14

20

22

Tomat

4

6

8

12

Semangka

4

6

8

12

Melon

8

10

12

14

Jeruk nipis

4

6

10

12

Strawberry

6

10

14

16

Rasberi

6

8

12

14

 

Tabel 4.3 Indeks Relatif Beberapa Sayuran Terkalibrasi dalam Derajat Brix

Jenis Sayur

Kualitas

Poor

Average

Good

Excellent

Asparagus

2

4

6

8

Bit

6

8

10

12

Paprika

4

6

8

12

Brokoli

6

8

10

12

Kubis

6

8

10

12

Wortel

4

6

12

18

Bunga Kol

4

6

8

10

Seledri

4

6

10

12

Batang Jagung

4

8

14

20

Jagung Muda

6

10

18

24

Kacang Polong

4

6

10

12

Andewi

4

6

8

10

Kacang Polong Inggris

8

10

12

14

Kacang Buncis

4

6

8

10

Cabai

4

6

8

10

Kohlrabi

6

8

10

12

Selada

4

6

8

10

Bawang

4

6

8

10

Peterseli

4

6

8

10

Kacang

4

6

8

10

Kentang Irlandia

3

5

7

8

Kentang Merah

3

5

7

8

Kentang Manis

6

8

10

14

Selada Romaine

4

6

8

10

Rutabaga

4

6

10

12

Labu

6

8

12

14

Jagung Manis

6

10

18

24

Lobak

4

6

8

10

Rumput

Alfalfa

4

8

16

22

Padi-padian

6

10

14

18

Sorgum

6

10

22

30

 

   Berdasarkan derajat Brix tersebut terdapat buah jeruk dengan beberapa nilai brix pada setiap kategori. Pada skala uji organoleptik menunjukan rata-rata 3,6 tidak mungkin buah tersebut termasuk ke dalam kategori poor, karena buah yang dipilih dengan kadar yang manis dan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh beberapa panelis. Kadar kemanisan yang ada pada buah jeruk tentunya akan berhubungan dengan tingkat kematangan buah tersebut. Jika buah jeruk tersebut berada pada kematangan yang cuku baik maka rasa yang akan dikeluarkan memiliki rasa yang manis. Tetapi, hal ini juga bergantung lagi pada selera kemanisan dan taraf kemanisan pada setiap orang sehingga simpulan dari kemanisan buah jeruk ini hanya bisa dilihat berdasarkan pendapat dari beberapa orang saja. Perlu uji lebih lanjut dengan menggunakan alat yang spesifik jika ingin mengetahui kadar kemanisan dan nilai brix pada suatu buah jeruk yang akan diteliti. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riastana (2019) bahwa masa simpan buah jeruk yang terbaik juga diperoleh pada buah dengan tampilan fisik kulit hijau kekuningan sehingga dapat mempengaruhi tingkat kemanisan yang ada pada buah jeruk.

V.      KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan

         Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum acara 4 ini, yaitu:

1.        Kada glukosa yang terdapat pada buah-buahan akan berbeda jumlahnya tergantung dari jenis buah, varietas, dan tingkat kematangan buah yang ditunjukan secara fisik maupun kimiawi.

2.        Nilai brix pada tingkat kemanisan buah, bisa diukur dengan menggunakan alat yaitu refraktometer. Perbedaan nilai brix pada setiap jenis buah mempengaruhi kualitas buah dari yang tidak layak untuk konsumsi sampai kualitas yang terbaik. Kualitas pada berbagai jenis buah tersebut bergantung pada kondisi dan kandungan zat yang terdapat di dalamnya.

3.        Uji organoleptik pada buah dapat dikategorikan dengan menggunakan skala. Hasil uji menunjukan tingkat kemanisan jeruk yang dimiliki dan dirasakan oleh setiap orang berbeda sehingga rata-rata yang dihasilkan berada pada tingkat yang cukup manis.

 

B.     Saran

         Saran untuk penelitian selanjutnya adalah hasil uji organoleptik berdasarkan panelis memiliki beberapa pernyataan yang objektif. Hal tersebut menjadi perbedaan diantara uji organoleptik yang dihasilkan. Untuk pengamatan lebih lanjut perlu adanya pengukuran dengan menggunakan alat yang tepat agar bisa mengetahui nilai pasti deajat brix dari buah-buahan yang dijadikan sebagai sampel.


 

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, N. P. 2017. Kajian Fisiko-Kimia Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis Lour.) pada Perbedaan Tingkat Kematangan Selama Penyimpanan. Agrotrop. 7(1): 51-59.

Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan Teori Praktis dan Aplikasi Edisi-1. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Badan Ketahanan Pangan Daerah Sulawesi Selatan. 2012. Buah dan Sayuran yang Aman untuk Dikonsumsi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Sulawesi Selatan.

Balai Pengujian dan Identifikasi Barang Tipe A. 2016. Nilai Brix untuk Menentukan Kualitas Pada Buah-buahan Volume 4 Nomor 1. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.

Diyah, N. W. 2016. Evaluasi Kandungan Glukosa Dan Indeks Glikemik Beberapa Sumber Karbohidrat Dalam Upaya Penggalian Pangan Ber-Indeks Glikemik Rendah. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. 3(2): 67-73.

Fachrulssyah, Z. C. 2018. Analisis Bahan Baku dan Hasil Olahan Perikanan. Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Hoerudin. 2012. Indeks Glikemik Buah Dan Implikasinya Dalam Pengendalian Kadar Glukosa Darah. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 8(2): 80-98.

Martasari, C. 2017. Pengenalan dan Identifikasi Spesies Jeruk. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.

Mikasari, W. 2015. Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Buah Jeruk Spesifik Bengkulu. Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bengkulu.

Nasiru, B. F. 2011. Effect Cooking Time and Potash Concentration on Organic Properties of Red and White Meat. Journal of Food Technology. 9(4): 119-123

Prakoso, E. S. 2015. Kajian dan Sifat Fisik Jeruk Manis (Citrus sinensis) Menggunakan Pengolahan Citra Digital. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember, Jember.

Putrianti, R. D. 2013. Pengaruh Lama Penyimpanan Batang Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Rendemen dan Brix Nira yang Dihasilkan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Qomariah, R., A. Hasbianto., S. Lesmayati., dan H. Hasan. 2013. Kajian Pra Panen Jeruk Siam (Citrus suhuiensis Tan.) untuk Ekspor. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan , 2013.

Riastana, I. K. 2019. Kualitas Buah Jeruk Siam (Citrus nobillis var microcarva L) Selama Penyimpanan pada Berbagai Tingkat Kematangan Buah. Gema Agro. 24(1): 22-28.

Wahyuningtias, D. 2010. Uji Organoleptik Hasil Jadi Kue Mengunakan Bahan Non Instant Dan Instant. Binus Business Review. 1(1): 116-125.

Wang, S. & Copeland L. 2015. Effect of Acid Hydrolysis on Starch Structure and Functionality: A Review. J Critical Rev in Food Sci and Nutr. 55(8): 1081-97.

No comments :

Post a Comment