Pages

Wednesday, February 16, 2022

ACARA 5 MENGUKUR KLOROFIL MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN (BWD)

 

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL....................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A.      Latar Belakang............................................................................................... 1

B.       Tujuan............................................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 3

III. METODE PRAKTIKUM.................................................................................... 6

A.      Bahan dan Alat............................................................................................... 6

B.       Prosedur Kerja................................................................................................ 6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................. 7

A.      Hasil............................................................................................................... 7

B.       Pembahasan.................................................................................................... 7

V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 13

A.      Kesimpulan.................................................................................................... 13

B.       Saran.............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 14

LAMPIRAN................................................................................................................ 16

Lampiran 1. ACC........................................................................................... 16

Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum............................................................ 17

Lampiran 3. Pustaka....................................................................................... 21


 

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengukuran kandungan khlorofil dengan BWD........................................... 7

Tabel 4.2 Perkiraan Tambahan N Berdasarkan Nilai BWD pada Tanaman Jagung.... 10


I.         PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

         Teknik dasar laboratorium merupakan salah satu mata kuliah yang ada pada program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Mata kuliah teknik dasar laboratorium merupakan praktikum yang berfungsi untuk membekali dasar-dasar dalam penggunaan laboratorium. Pada praktikum acara kelima ini adalah mengenai pengukuran kadar klorofil pada tanaman kacang hijau dan tanaman jagug dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) yang telah disediakan. Pengukuran ini dilakukan untuk bisa melihat kandungan klorofil rata-rata pada tanaman kacang hijau dan jagung dan kaitannya dengan intensitas matahari, penggunaan pupuk, serta faktor lainnya yang dapate mempengaruhi kandungan klorofil.

         Klorofil merupakan bagian dari tanaman yang berperan penting sebagai pembentukan bahan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pigmen berwarna hijau pada sebagian tanaman ini dapat menyerap cahaya pada membran thylakoid dan sebagai katalisator untuk bisa berfotosintesis (Prastyo dan Laily, 2015). Klorofil pada daun akan ditunjukan secara visual dengan berwarna hijau pada permukaan. Kandungan klorofil pada daun akan berpengaruh terhadap beberapa faktor seperti kandungan unsur hara pada tanaman, intensitas cahaya matahari yang diserap serta kondisi fisik tanaman tersebut.

         Pada praktikum kali ini tanaman jagung dan kacang hijau ditempatkan pada tempat yang memiliki naungan dan tanpa naungan untuk bisa melihat perbedaan antara skala dari BWD yang ditunjukan serta pengaruh adanya naungan terhadap kandungan klorofil. Parameter yang diamati adalah perbedaan skala BWD terhadap warna daun pada tanaman dengan menggunakan naungan dan tanpa naungan.

         Untuk bisa mengukur kadar kloforil pada tanaman terdapat beberapa jenis alat yang digunakan seperti SPAD (Soil Plant Analysis Development) dan BWD (Bagan Warna Daun). Penggunaan BWD lebih banyak digunakan di kalangan petani karena lebih mudah didapatkan dengan biaya yang terjangkau. Tetapi keakuratan kadar klorofil akan lebih akurat jika menggunakan SPAD, karena alat tersebut akan menunjukan langsung kadar klorofil pada daun. Penggunaan SPAD dilakukan dengan analisis kimia pada daun, selain itu biaya untuk bisa memiliki alat tersebut cukup mahal jika dibandingkan dengan menggunakan BWD.

         Selanjutnya terdapat alat ukur yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya adalah lux meter. Lux meter digunakan dengan mengukur tingkat cahaya pada suatu tempat dengan satuan “Lux”. Pada praktikum kali ini pengujian pengaruh intensitas cahaya matahari dilakukan secara sederhana yaitu dengan menggunakan BWD yang telah disediakan. Selain itu, pengaruh dari intensitas cahaya matahari dari penggunaan naungan dan tanpa naungan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kandungan klorofil pada daun.

 

B.       Tujuan

         Praktikum ini bertujuan untuk:

1.        Mengetahui kandungan klorofil dengan menggunakan kertas BWD.

2.        Mengetahui alat ukur yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dan kandungan klorofil pada tanaman.

II.      TINJAUAN PUSTAKA

         Cahaya matahari merupakan salah satu sumber energi utama dalam keberlangsungan kehidupan makhluk hidup. Peran cahaya matahari diperlukan tumbuhan untuk berfotositesis, terutama pada klorofil daun. Fotosintesi merupakan proses kimia pada tumbuhan untuk bisa menghasilkan makanan yang diperlukan tumbuhan. Makanan pada tumbuhan ini akan berfungsi sebagai ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Cahaya yang termasuk ke dalam faktor penting perting pada tumbuhan sebagai kunci dalam proses metabolism lain di dalam jaringan tanaman. Kekurangan yang dapat diakibatkan oleh cahaya matahari dapat berdampak pada gejala etiolasi yang merupakan kecambah akan tumbuh lebih cepat namun daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat. Kandungan klorofil jika terjadi kekurangan cahaya matahari dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga laju pertumbuhan akan melambat (Wiraatmaja, 2017).

         Klorofil merupakan pigmen warna pada tumbuhan yang memberikan warna hijau. Selain pada tumbuhan, klorofil juga terdapat pada alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen warna pada daun ini dapat berperan dalam proses fotosintesis untuk menyerap energi cahaya matahari yang kemudian dirombak menjadi energi kimia yang dibutuhkan oleh tanaman. Klorofil dapat menyerap dan memantulkan cahaya matahari biasanya dengan panjang gelombang antara 400-700 nm, terutama cahaya dengan warna sinar merah dan biru. Klorofil memiliki sifat kimia, yaitu: tidak larut dalam air melainkan dapat larut dalam pelarut organic seperti etanol dan klofoform, serta inti magnesium akan tergeser oleh atom hydrogen apabila suasana asam sehingga dapat membentuk senyawa feofitin berwarna coklat. Klorofil juga merupakan faktor utama dalam fotosintesis yang terdapat pada kloroplas (Ai dan Banyo, 2011).

         Klorofil dapat berfungsi untuk tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangan, jika kekurangan klorofil maka akibatnya daun yang ada pada tumbuhan akan berguguran. Contohnya pada saat musim gugur, tanaman akan kehillangan daun atau gugur karena kekurangan cahaya dan klorofil. Zat-zat nutrisi akan dialirkan pada jaringan tumbuhan sebelum daun-daun mulai berguguran dalam bentuk batang yang kemudian akan didaur ulang hingga membentuk kembali daun saat musim berikutnya tiba. Saat musim gugur tiba, daun akan berhenti membuat klorofil sehingga daun pada tumbuhan akan kehilangan warna hijau dan berubah menjadi kecoklatan. Kombinasi warna pada saat musim gugur ini merupakan hasil dari pigmen yang baru saat mulainya musim gugur. Pigmen tersebut sudah ada sebelumnya pada daun, namun diikuti oleh warna hijau pada daun sehingga pigmen warna yang dihasilkan ini akan berwarna coklat (Rahmi, 2017).

         Reaksi fotosintesis dipengaruhi oleh kandungan krolofil pada daun. Reaksi fotosintesis yang tidak maksimal merupakan hasil dari kadar klorofil yang sedikit pula. Ketika reaksi fotosintesis tidak maksimal, senyawa karbohidrat yang dihasilkan juga tidak bisa maksimal. Akibat dari ketidakmaksimalnya reaksi fotosintesis pada tanaman maka akan berpengaruh terhadap tanaman untuk bisa tumbuh dan berkembang (Pratama dan Laily, 2015).

         Untuk bisa mengetahui nilai kadar klorofil pada tanaman diperlukan alat ukur agar bisa menunjukan kadar klorofil pada daun suatu tanaman. Alat ukur yang diguakan dalam mengukur tingkat kehijauan daun adalah Bagan Warna Daun (BWD) dan Soil Plant Analysis Development (SPAD) atau biasa disebut dengan klorofil meter. Kedua alat tersebut biasa digunakan petani untuk mengukur kadar klorofil pada daun.

         SPAD merupakan salah satu alat digital yang digunakan untuk mengukur jumlah relative dari klorofil daun tanpa mengambil bagian dari tanaman tersebut. SPAD biasa juga disebut dengan klorofil meter yang dapat menentukan kecukupan jumlah hara nitrogen terutama tanaman jagung. Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara utama untuk pertumbuhan tanaman, sebagai komponen utama klorofil dan protein yang terkait erat dengan warna daun, pertumbuhan, dan hasil tanaman. Spektrum pemantulan daun tanaman atau kanopi berkorelasi dengan status nitrogen (Li, 2014 dalam Erythrina, 2016). Unsur nitrogen juga merupakan bagian dari bahan pembentuk klorofil daun sehingga dapat digunakan sebagai alternatif petunjuk dalam menentukan status nitrogen daun (Efendi, 2012). Nilai SPAD memiliki hubungan dengan kesehatan tanaman terutama dalam produksi tanaman padi. Tanaman yang memiliki kesuburan dan nutrisi yang cukup nitrogennya jika skala klorofilnya berada di ambang batas yang sesuai. Selain itu, kandungan nutrisi tercukupi dengan baik maka produktivitas tanaman juga akan semakin tinggi (Putri, 2016 dalam Hidayah, 2019).

         Selanjutnya untuk mengukur klorofil daun menggunakan pengukuran BWD. Cara menggunakan BWD ini kurang efektif dan akurat karena kandungan klorofil daunnya. Hal ini karena BWD tidak dapat menunjukkan perbedaan warna hijau daun kecil seperti klorofil meter (SPAD). Namun, dengan membandingkan skala BWD dengan SPAD, dapat ditentukan akurasi relatif dalam menentukan keadaan nitrogen tanaman. Nilai SPAD dan BWD, dan korelasi antara BWD dan kandungan nitrogen, menunjukkan bahwa BWD juga dapat digunakan untuk mengukur kecukupan nitrogen pada jagung. Koefisien korelasi antara nilai SPAD dan BWD menunjukkan bahwa penggunaan BWD untuk mendeteksi kecukupan hara nitrogen menjadi lebih akurat seiring bertambahnya usia tanaman dan tergantung pada warna daun di lapangan. Skala warna yang mencakup rentang hijau dari kuning-hijau hingga hijau tua dapat digunakan untuk mengukur warna daun ketika nilai warna daun berada di bawah batas tertentu maka tanaman membutuhkan pupuk nitrogen. (Tambunan, 2017).

        

III.   METODE PRAKTIKUM

A.      Bahan dan Alat

         Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sampel kertas BWD yang sudah disediakan dan alat untuk memotret.

 

B.       Prosedur Kerja

         Praktikum ini dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:

1.        Siapkan alat-alat yang diperlukan.

2.        Ukur bagian daun yang sudah tumbuh secara sempurna dengan menggunakan BWD yang diletakan persis dengan warna yang tersedia.

3.        Amati persamaan warna dengan warna pada BWD.

4.        Catat skala warna pada buku catatan.

 

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil

Tabel 4.1 Pengukuran kandungan khlorofil dengan BWD

No

Nama Tanaman

Perlakuan

Pengukuran BWD

Rata-rata

1

Jagung

Sinar matahari

3

3

3

3

2

4

Teduh

2

2,4

2

3

3

2

2

Kacang Hijau

Sinar matahari

3

3,4

4

3

3

4

Teduh

3

3,2

3

3

4

3

 

B.       Pembahasan

Pada praktikum kali ini adalah pengukuran kadar klorofil daun dengan menggunakan BWD. Pengukuran dilakukan pada tanaman jagung dan kacang hijau. Perbedaan antara hasil skala pengukuran dari tanaman yang ditempatkan pada tempat dengan menggunakan naungan akan berbeda dengan tanpa, menggunakan naungan. Selain itu, pengukuran dengan menggunakan BWD ini jauh lebih sederhana karena hanya mengamati warna daun yang sesuai dengan warna yang terdapat dalam bagan dna kemudian hasilnya dicatat untuk bisa disimpulkan pengaruhnya terhadap tanaman tersebut.

Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan BWD pada daun jagung berdasarkan Kementerian Pertanian (2010) dan Efendi (2012) adalah sebagai berikut:

1.        Daun yang akan dipantau warnanya adalah daun yang telah terbuka sempurna biasanya adalah daun ke 3 dari atas. Tanaman yang akan diukur sebaiknya tidak dalam keadaan stres kekeringan dan kelebihan air;

2.        Lindungi daun yang akan dipantau warnanya dengan cara membelakangi matahari. Hal tersebut dilakukan agar daun atau alat BWD tidak terkena matahari langsung agar penglihatan tidak silau. Serta untuk memaksimalkan akurasi pengukuran, pengukuran dilakukan pada pagi hari.

3.        Daun diletakkan di atas BWD. Bagian daun yang dipantau adalah sekitar 1/3 dari ujung daun. Warna daun kemudian dibandingkan dengan warna BWD, skala yang paling sesuai dengan warna daun dicatat. Skala pada pengukuran BWD kali ini telah tersedia dengan nilai skala 2 – 5.

4.        Rata-ratakan hasil nilai skala tersebut untuk dapat menentukan kadar atau takaran pupuk yang sesuai berdasarkan tingkat kehijauan daun yang telah diamati.

Berdasarkan nilai BWD yang diperoleh pada daun jagung, tanaman jagung yang digunakan adalah dengan menggunakan lima tanaman dari naungan dan tanpa naungan. Pengukuran dengan menggunakan BWD ini dilakukan pada minggu ketiga setelah tanam. Pada tanaman jagung tanpa naungan, nilai skalanya adalah 3, 3, 3, 2, dan 4, dengan rata-rata skala adalah 3. Sedangkan pada tanaman dengan naungan, nilai skalanya adalah 2, 2, 3, 3, dan 2, dengan rata-rata skala adalah 2,4. Terdapat perbedaan rata-rata skala yang ditunjukan dari tanaman jagung yang ditempatkan di tempat terang dengan tanaman yang ditempatkan di tempat teduh. Hal tersebut terjadi karena Intensitas cahaya yang rendah ternyata cenderung mempengaruhi kandungan β karoten.

Klorofil sebagai salah satu komponen terpenting dalam proses fotosintesis yang menangkap dan menyerap cahaya matahari menjadi energi kimia. Selain itu, intensitas cahaya berpengaruh terhadap laju fotosintesis karena cahaya akan diserap oleh fotosistem yang terdiri dari klorofil a, b dan pigmen-pigmen pelengkap. Energi inilah yang digunakan untuk biosintesis karotenoid. Akibatnya, tanaman akan berusaha melakukan adaptasi penyerapan cahaya yang terbatas, namun fotosintesis harus berjalan optimal (Wulandari, 2016). Pada tanaman jagung yang ditempatkan pada tanpa naungan memiliki skala rata-rata BWD yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan naungan. Hal ini disebabkan karena klorofil menyerap energi matahari lebih tinggi sehingga warna yang dihasilkan menunjukan skala lebih besar. Intensitas cahaya yang optimal selama periode tumbuh penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Susilawati, 2016). Cahaya yang diterima oleh daun pada tanaman akan meningkatkan laju fotosintesis terutama pada bagian klorofil yang menyerap energi cahaya matahari lebih besar.

Intensitas cahaya yang rendah akan mengakibatkan pigmen pemanen cahaya klorofil a dan klorofil b akan dibantu oleh pigmen pemanen lain yaitu karotenoid dalam menangkap semua cahaya yang terbatas, sehingga fotosintesis berjalan optimal. Pigmen yang berperan untuk memanen cahaya dalam poses fotosintesis adalah pigmen-pigmen yang terdapat dalam kloroplas seperti klorofil a, b, dan karotenoid. Karotenoid meningkat saat intensitas cahaya tinggi, dan fungsinya dapat melindungi klorofil dari fotooksidasi (Anni, 2013).

Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan jumlah stomata lebih banyak tetapi dengan ukuran stomata lebih kecil- kecil. Sebaliknya intensitas cahaya yang rendah dapat menyebabkan proses fotosintesis yang berlangsung sangat lambat, disebabkan stomata yang menutup karena difusi CO2 lambat, sehingga secara tidak langsung proses fotosintesis terganggu akibatnya hasil fotosintat berkurang dan pertumbuhan tanaman terhambat. Kemungkinan proses pembentukan dan pembelahan sel-sel calon stomata terhambat, sehingga jumlah stomata yang terbentuk lebih sedikit (Wulandari, 2016).

Selain dari intensitas cahaya, nilai dari skala BWD juga menjadi penentu dalam pemberian pupuk nitrogen. Oleh sebab itu, identifikasi sejak dini kecukupan hara N pada tanaman merupakan strategi penting dalam sinkronisasi kebutuhan N tanaman dengan ketersedian N dalam tanah, sehingga dapat ditentukan waktu dan takaran pupuk N yang diperlukan. Nilai BWD cukup baik digunakan untuk memisahkan antara grafik respon kekurangan dengan kecukupan hara N, karena tingkat akurasinya tinggi pada semua fase pertumbuhan, terutama pada tanaman jagung (Syafruddin, 2018). Penggunaan nilai SPAD cukup akurat untuk mengukur tingkat kecukupan hara N pada tanaman padi, gandum, jagung, sorgum, dan kapas. Tetapi, penggunaan BWD dilakukan pada praktikum kali ini karena lebih murah jika dibandingkan dengan menggunakan SPAD.

Untuk mengidentifikasi tanaman dalam kondisi kecukupan atau kekurangan hara N perlu diketahui batas kritis kecukupan hara tanaman yang diukur dengan klorofil meter atau BWD. Apabila nilai klorofil meter daun atau BWD lebih kecil dari nilai batas kritis kecukupan hara N maka tanaman mengalami defisiensi hara N sehingga perlu tambahan pupuk N. Perkiraan tambahan pupuk nitrogen disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 4.2 Perkiraan Tambahan N Berdasarkan Nilai BWD pada Tanaman Jagung

Nilai BWD (skala)

Klorofil Meter (unit)

Takaran N (kg/ha)

Hibrida

Bersari Bebas

3,5

32

99

85

3,6

34

95

80

3,7

36

89

74

3,8

38

84

69

3,9

40

77

63

4,0

42

71

56

4,1

44

64

49

4,2

46

56

41

4,3

48

46

28

4,4

50

34

8

4,5

52

14

-

4,6

54

-

-

 

Pada tanaman jagung dengan sinar matahari skala rata-rata menunjukan nilai 3 maka kemungkinan besar nilai SPAD akan lebih kecil dari tabel yang ada diatas. Selain itu, takaran pupuk nitrogen akan lebih besar dari 99 kg/ha pada tanaman jagung hibrida. Pada tanaman jagung dengan menggunakan naungan, skala menunjukan lebih kecil maka nilai dari SPAD akan lebih kecil dari sebelumnya, serta penggunaan pupuk juga akan lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang menggunakan sinar matahari.

Pada tanaman kacang hijau, dengan menggunakan naungan skala menunjukan hasil ukur BWD adalah 3, 3, 3, 4 dan 3, dengan rata-rata 3,4. Sedangkan pada tanaman kacang hijau yang ditempatkan pada tempat tanpa naungan skala BWD yang ditunjukan adalah 3, 4, 3, 3 dan 4, dengan rata-rata 3,2. Pada tanaman kacang hijau, skala BWD menunjukasn hasil lebih besar dibandingkan dengan tanaman jagung. Hal ini disebabkan karena tanaman kacang hijau menyerap klorofil yang lebih besar daripada tanaman jagung. Selain itu, intensitas cahaya matahari yang diserap oleh tanaman kacang hijau lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman jagung. Pengukuran skala BWD pada tanaman jagung sebenarnya kurang efektif, karena skala BWD biasanya digunakan untuk mengukur tanaman seperti padi, jagung, dan sorgum. Akan sangat sulit mengukur BWD pada tanaman kacang hijau karena daunnya yang kecil dan berbeda dengan bentuk daun jagung yang memanjang.

Pengukuran kadar klorofil pada beberapa jenis tanaman menggunakan BWD hanya terbatas pada tanaman terstentu saja. Sedangkan dengan menggunakan SPAD, beberapa jenis tanaman dapat diukur kandungan klorofilnya. Karena dengan menggunakan SPAD, pengukuran yang dilakukan akan lebih akurat dan pembacaan skala akan langsung ditunjukan pada SPAD tersebut. Pengukuran dengan menggunakan SPAD dilakukan dengan langsung mengarahkan bagian tengah daun ke alat ukur agar bisa melihat skala yang ditampilkan. Alat ukur SPAD ini akan lebih efektif mengukur kadar klorofil pada daun tanaman karena skala yang akurat dibandingkan dengan menggunakan BWD.

Alat ukur selanjutnya yaitu, spektrofotometer yang dapat digunakan untuk mengukur pigmen dengan dideteksi secara kromatografi untuk bisa melihat jumlah pigmen tertentu pada daun seperti klorofil. Pengukuran kadar klorofil secara spektrofotometrik didasarkan pada hukum Lamber – Beer. Beberapa metode untuk menghitung kadar klorofil total, klorofil a dan klorofil b telah dirumuskan. Beberapa kelompok pigmen ada yang dapat dilihat dengan mata biasa, dan beberapa senyawa pigment yang lain dapat dilihat dengan bantuan larutan penyemprot bercak dan dilihat dibawah lampu UV (Suyitno, 2010).

 


 

V.      KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan

         Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum acara 5 ini, yaitu:

1.        Pengukuran tanaman jagung dan tanaman kacang hijau dengan menggunakan BWD pada tempat dengan naungan dan tanpa naungan memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dipengaruhi salah satunya adalah intensitas cahaya matahari. Skala yang dihasilkan dari pengukuran menentukan jumlah nitrogen yang ditambahkan pada tanaman tersebut.

2.        Alat ukur yang digunakan dalam mengukur kadar klorofil tanaman biasa digunakan adalah SPAD dan BWD. Kedua alat tersebut sering digunakan untuk bisa mengukur kadar klorofil pada daun dan hubungannya dengan dosis pupuk yang diberikan.

 

B.       Saran

         Saran untuk penelitian selanjutnya adalah pengukuran kadar klorofil dengan menggunakan BWD memerlukan keakuratan yang tepat agar skala yang dihasilkan sesuai dengan keadaan tanaman tersebut. Selain itu, keterbatasan BWD menjadi kendala dalam penelitian ini karena BWD yang digunakan berupa sampel foto. Untuk selanjutnya, pengukuran menggunakan BWD perlu instruksi lebih lanjut agar pengukuran yang dilakukan skalanya akurat.


 

DAFTAR PUSTAKA

Ai, N. S., & Banyo, Y. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. 11(2): 166-173.

Anni, I. A. 2013. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) di Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal Biologi. 2(3): 31-40.

Efendi, R. 2012. Penentuan Takaran Pupuk Nitrogen pada Tanaman Jagung Hibrida Berdasarkan Klorofil Meter dan Bagan Warna Daun. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 31(1): 27-34.

Erythrina. 2016. Bagan Warna Daun: Alat Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Nitrogen Pada Tanaman Padi. Jurnal Litbang Pertanian. 35(1): 1-10.

Hidayah, F. 2019. Model Prediksi Hasil Panen Berdasarkan Pengukuran Non-Destruktif Nilai. Klorofil Tanaman Padi. Agritech. 39(4): 289-287.

Kementerian Pertanian. 2010. Petunjuk Penggunaan Bagan Warna Daun (BWD) pada Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Nusa Tenggara Barat.

Li, F. dkk. 2014. Reflectance Estimation Of Canopy Nitrogen Content In Winter Wheat Using Optimized Hyperspectral Spectral Indices And Partial Least Squares Regression. Eur. Journal Agron. 52: 198–209.

Prastyo, K. A., dan Laily, A. N. 2015. Uji Konsentrasi Klorofil Daun Temu Mangga (Curcuma mangga Val.), Temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) dengan Tipe Kertas Saring yang Berbeda Menggunakan Spektrofotometer. Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Sebelas Maret. 188-191.

Pratama, A. J., dan Laily, A. N. 2015. Analisis Kandungan Klorofil Gandasuli (Hedychium gardnerianum Shephard ex Ker-Gawl) pada Tiga Daerah Perkembangan Daun yang Berbeda. Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Sebelas Maret. 216-219.

Putri, R. E. dkk. 2016. Variability of Rice Yield With Respect To Crop Health. Jurnal Teknologi. 78(1): 79−85.

Rahmi, N. 2017. Kandungan Klorofil Pada Beberapa Jenis Tanaman Sayuran Sebagai Pengembangan Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh.

Susilawati. 2016. Pengaruh Berbagai Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Semai Cempaka (Michelia champaca L.) di Persemaian. J. Forest Sains. 14(1): 59-66.

Suyitno. 2010. Determinasi Pigmen dan Pengukuran Kandungan Klorofil Daun. Pelatihan Guru-guru Biologi RSBI D.I.Y. 7 Agustus 2010, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta.

Syafruddin. 2018. Penggunaan Bagan Warna Daun untuk Efisiensi Pemupukan N pada Tanaman Jagung. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 27(1): 24-31.

Tambunan, F. 2017. Prakiraan Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Dengan Metode Bagan Warna Daun (BWD) di Persawahan Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Medan Area, Medan.

Wiraatmaja, I. W. 2017. Bahan Ajar Suhu, Energi Matahari, dan Air Dalam Hubungan dengan Tanaman. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali.

Wulandari, I. 2016. Pengaruh Naungan Menggunakan Paranet Terhadap Pertumbuhan Serta Kandungan Klorofil dan Beta Karoten Pada Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir). Jurnal Biologi. 5(3): 71-79.

 

No comments :

Post a Comment