Pages

Friday, January 4, 2019

SENI RUPA


Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Kata seni berasal dari kata ”sani” yang kurang lebih artinya ”jiwa yang luhur atau ketulusan jiwa”. Menurut kajian ilmu di Eropa, seni disebut ”art” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan.
Menurut Suharto Rijoatmojo dalam buku Ethnologie, kesenian adalah segala sesuatu ciptaan manusia untuk memenuhi atau untuk menunjukkan rasa keindahan. Keseniaan merupakan hasil dari unsur budaya manusia, yaitu rasa.
Definisi kesenian lainnya adalah menurut Alexander Alland, sebagaimana yang dituliskan oleh Marvin Harris. Ia menyatakan bahwa kesenian adalah bermain dengan menghasilkan bentuk transformasi representatif yang estetik. Pendapat tersebut,dapat dijabarkan berikut ini. Bermain adalah kesenangan, aspek aktivitas kepuasan yang tidak dapat diukur. Bentuk adalah bangunan yang dibentuk pada waktu dan ruang bermain di dalam kesenian. Estetik adalah eksistensi kapasitas manusia secara universal sebagai suatu apresiasi emosi dan kesenangan. Adapun perwujudan transformasi adalah aspek komunikasi suatu kesenian. Kesenian selalu mewakili sesuatu dan mengomunikasikan informasi. Komunikasi di dalam kesenian berbeda dengan komunikasi lain. Komunikasi di dalam kesenian harus diubah ke dalam bentuk kiasan atau pernyataan simbolik.
Semua bentuk kesenian pada zaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang seder- hana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam.
SENI RUPA
Seni rupa merupakan cabang seni yang membentuk karya seni yang bisa ditangkap oleh mata dan dirasakan dengan  rabaan. Kesan yang diberikan oleh seni rupa  merupakan hasil olahan dari konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Secara kasar, terjemahan seni rupa dalam bahasa Inggris adalah fine art. Namun, sesuai perkembangan seni modern istilah ini menjadi lebih khusus kepada pengertian seni rupa murni. Hal ini untuk membedakan dengan istilah seni kriya atau visual arts.
Apabila dilihat dari ukurannya, seni rupa dapat berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Seni rupa dua dimensi terdiri atas satuan panjang dan lebar, misalnya lukisan atau kartun. Sedangkan seni rupa tiga dimensi terdiri atas ukuran panjang, lebar, dan tinggi misalnya patung dan kerajinan.
1.      Seni Lukis
Seni lukis merupakan salah satu induk dari seni rupa. Seni lukis meru- pakan suatu pengembangan yang lebih utuh dari gambar. Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya.
Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna.Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
a.      Perkembangan Seni Lukis
·         Seni Lukis Zaman Prasejarah
Seni lukis terkait erat dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah menunjukkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka. Hampir semua masyarakat  di dunia mengenal seni lukis. Hal ini disebabkan karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan bahan dan alat yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang- orang yang tinggal di gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, kemudian me- nyemburkannya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwarna-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Cara mudah seperti ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar).
Seiring dengan perkembangan peradaban, nenek moyang manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam gambar, sehingga secara otomatis karya-karya mereka mulai membentuk semacam komposisi rupa dan narasi (kisah/cerita).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Hal ini disebut citra dan sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besarnya dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya. Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan penting hingga kini.
Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok- tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis objek, pencitraan, dan narasi di dalamnya. Pada masa- masa ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai me- dia pencatat (dalam bentuk rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara berkomunikasi dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan simbol-simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan dibakukan.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam citarasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu, sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman- seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai menjadi kegiatan seni.
·         Perkembangan Seni Lukis Zaman Klasik
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan mistisisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama), serta pro- paganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii). Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam.
Hal ini merupakan akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa dalam banyak hal seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata. Selain itu, kemampuan manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran tentang pentingnya keindahan dalam perkembangan peradaban.
·         Perkembangan Seni Lukis Zaman Pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa  menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas. Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme, sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan “bagus”. Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi.
Sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari kebudayaan manusia,  perkembangan seni pada masa ini mengalami kelambatan hingga dimulainya masa renaissance.
·         Perkembangan Seni Lukis Zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze, setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju ke daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firence terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan  terhadap kebudayaan baru Eropa.
Seni rupa menemukan jiwa baru- nya dalam kelahiran kembali dari zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Selanjutnya pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa  termasuk Eropa Timur. Tokoh yang banyak dikenal pada masa ini antara lain: Leonardo da Vinci, Michaelangelo, Raphael, dan lain-lain.
b.      Sejarah Perkembangan Seni Lukis di Indonesia
Seni lukis modern di Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan  seni rupa Eropa Barat pada zaman itu adalah aliran romantisme, maka banyak pelukis Indonesia yang terpengaruh dan ikut mengembangkan aliran ini.
Awalnya pelukis Indonesia tidak lebih hanya sebagai penonton atau asisten. Hal ini disebabkan karena pendidikan  kesenian merupakan hal yang dianggap mewah dan sulit untuk dikerjakan  oleh penduduk pribumi, karena harga alat lukis sangat mahal sehingga penduduk  atau rakyat biasa sulit untuk meraih hal itu.
Salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari cara melukis gaya Eropa yang dipraktekkan oleh pelukis Belanda adalah Raden Saleh Syarif Bustaman. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi pelukis  yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negara Eropa.
Era revolusi di Indonesia telah membuat banyak pelukis di Indone- sia  beralih dari tema-tema romantisme  menjadi cenderung  ke arah kerakyatan. Hal ini dapat dilihat pada potret nyata  kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah. Disamping itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit diperoleh membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan lukisan abstraksi.
c.       Aliran-aliran Seni Lukis
Ada beberapa aliran seni lukis yang kita kenal yaitu :
·         Surrealisme
Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.
·         Impressionisme
Pada awal menjamurnya lukisan studio, pelukis mendefinisikan im- age sebagai pantulan cahaya dari setiap bagian benda. Setiap bagian terkecil akan memantulkan cahaya yang berbeda, dan cahaya ini akan ditangkap mata kemudian diinterpretasikan otak sebagai bentuk-bentuk tertentu.
Pelukis pada zaman tersebut menafsirkan benda sebagai kumpulan pantulan cahaya yang berbeda. Karena itu bentuk suatu benda tidak harus dibentuk dengan garis, bidang, ataupun volume, melainkan pantulan cahaya sejenis yang berkumpul dan memberi kesan adanya benda. Karena itu untuk mendapakan lukisan yang baik, pelukis harus memperhitungkan arah datangnya sinar, jenis cahaya, dan reaksi pigmen benda terhadap cahaya. Hal ini membuat kegiatan melukis pada masa ini lebih sebagai kegiatan fotografi secara manual.
Kegiatan ini hanya bisa dipraktekkan di dalam studio. Saat teori ini dibawa ke lapangan, cahaya tidak lagi bisa diprediksi (sebagai akibat pergerakan matahari, perubahan cuaca, dan sebagainya).
Adalah mustahil untuk mendapatkan lukisan mendetail jika waktu pembuatannya lebih dari beberapa jam (bisa dibayangkan lukisan yang dibuat dari waktu pagi hingga sore hari dengan teori ini), sehingga pelukis terpaksa menyederhanakan objek lukisan menjadi hanya kesan-kesan cahaya tertentu yang ditangkap mata. Bentuk dan ketelitian tidak lagi menjadi penting.
·         Naturalisme
Merupakan aliran paling popular dalam seni lukis. Aliran ini menyajikan bentuk objek sesuai kenyataan sebenarnya dan banyak menyajikan tema-tema alami.
·         Kubisme
Adalah aliran yang cenderung me lakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.
·         Romantisme
Merupakan aliran tertua dalam sejarah seni lukis modern Indo- nesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.
·         Ekspresionisme
Adalah aliran di dalam seni lukis yang mengolah setiap unsur seni agar memperlihatkan emosi pelukis secara efektif. Kemiripan bentuk masih bisa hadir di dalam lukisan, tetapi tidak memainkan peranan penting.
·         Realisme
Adalah kecenderungan dalam seni lukis untuk berusaha meniru bentuk di alam nyata semirip mungkin. Pada awal perkembangan seni lukis, realisme adalah tujuan utama untuk mendapatkan lukisan yang indah. Namun sejalan dengan perkembangan pengetahuan manusia, realisme mulai ditinggalkan dan manusia lebih banyak mengeksplorasi unsur warna, komposisi, garis, dan luminasi dibandingkan unsur bentuk, sehingga melahirkan abstraksi (pemisahan unsur bentuk dari suatu objek di dalam lukisan).
·         Abstraksi
Adalah mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Abstraksi berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.
d.      Pelukis-Pelukis Indonesia
Pelukis-pelukis Indonesia yang kita kenal antara lain :
Ø  Affandi
Ø  Kartika Affandi
Ø  Basuki Abdullah
Ø  Sapto Hudoyo
Ø  Djoko Pekik
Ø  Amri Yahya
Ø  Raden Saleh

2.      Seni Patung
Seni rupa bangsa Indonesia dalam bentuk patung berasal pada masa megalitik yang beberapa tradisinya masih bertahan hingga saat ini. Patung-patung pada masa prasejarah umumnya melambangkan kesuburan, nenek moyang, atau pendiri kerajaan. Beberapa contoh patung tradisional adalah patung leluhur dari Pulau Nias yang memiliki ciri-ciri naturalis, wajah yang cenderung persegi, hidung persegi, dan telinga seperti dayung.
Di daerah Batak, yang paling terkemuka adalah pahatan kubur yang disebut Penunggang Batu, monumen kubur yang menggambarkan sosok sedang duduk menunggang kuda, gajah, singa, atau bentuk-bentuk gaib. Di Kalimantan, berbagai ragam dan daya khayal patung dihasilkan oleh masyarakat Dayak. Tujuannya memeringati masyarakat yang sudah meninggal atau upacara pengayuan. Sedangkan di papua, suku Asmat menghasilkan patung-patung sosok leluhur dan diletakkan di rumah adat yang disebut Tiang Mbis.
Pada era modern saat ini, para pematung sudah bekerja dengan berbagai media atau bahan. Patung-patung yang dihasilkan merupakan sarana mengungkapkan gagasan yang bentuknya telah diperhitungkan.
a.      Pertumbuhan Seni Patung
Pertumbuhan seni patung sebenarnya telah ada sejak kehidupan bangsa-bangsa kuno. Di Yunani terdapat patung Dewa Zeus yang dipuja oleh masyarakat Yunani.
Demikian pula di Indonesia terdapat patung-patung dewa agama Hindu seperti patung Siwa Mahadewa, patung Siwa sebagai Mahaguru, dan patung Siwa sebagai Mahakala serta patung-patung agama Buddha yang kita kenal sebagai Dhyani  Buddha yang sangat besar dan megah. Di daerah-daerah yang terkena pengaruh agama Hindu dan Buddha patung- patung tersebut berada dalam  candi-candi, seperti candi Prambanan dan Borobudur.
Di daerah-daerah yang tidak terkena pengaruh agama Hindu, seni patung merupakan kelanjutan seni patung zaman prasejarah. Seni patung tersebut banyak berhubungan dengan kepentingan keagamaan/ religi daerah setempat yang berakar dari zaman sebelumnya. Salah satu contohnya adalah patung-patung pemakaman daerah Toraja yang melukiskan orang-orang yang sudah meninggal dunia, patung Totem dari suku Dayak dan suku Asmat (Papua Selatan), serta burung Enggang yang merupakan lambang dari arwah (Kalimantan). Maka dapat disimpulkan  bahwa  patung merupakan sarana untuk penghormatan, pemujaan, dan upacara keagamaan. Dengan demikian seni patung memiliki nilai budaya yang cukup tinggi dalam kehidupan bangsa-bangsa kuno di dunia maupun di Indonesia.
b.      Bentuk Patung
·         Tradisional
Bentuk patung tradisional di Indonesia digarap oleh sebagian kelompok masyarakat Bali kini. Hal ini disebabkan karena kehidupan masyarakat Bali tidak banyak berubah terutama dalam hal kepercayaan masyarakatnya yang mayoritas beragama Hindu. Perkembangan bentuk seni patung tradisional di Bali dirintis oleh I Nyoman Tjokot yang dibina oleh seniman R. Bonnet dan Walter Spies sekitar tahun 1940-an. Tema patung di Bali masih tetap mengambil dari Ramayana dan Mahabarata, disamping tema keagamaan, misalnya penggambaran surga dan neraka.
·         Modern
Pertumbuhan patung modern di Indonesia ditandai dengan kecenderungan patung figuratif, salah satunya dengan munculnya patung potret diri atau sosok-sosok manusia tertentu yang dipatungkan. Umumnya patung semacam ini ditampilkan dalam ukuran setengah dada atau sebatas kepalanya saja. Salah satu contohnya adalah patung karya S. Sudjojono berjudul Potret Pejuang tahun 1953.
Masih banyak karya lain yang dihasilkan oleh seniman-seniman patung di Indonesia, seperti  karya G. Sidharta Tiang Berulang (1973) dan Tiang Kehidupan (1978). Patung karya Sidharta ini memadukan dua kekuatan yaitu aspek narasi (cerita) dengan kekuatan formal seni patung.
c.       Jenis-Jenis Patung
·         Figure: patung yang menggambarkan bagian tubuh manusia secara utuh, dari kaki sampai kepala.
·         Buste: patung dada yang hanya menggambarkan bagian kepala sampai dada atau hanya dada saja.
·         Torso: patung badan atau gembung saja tanpa kepala dan tanpa anggota badan.
d.      Fungsi Patung
·         Sebagai simbol.
·         Sebagai imitasi atau representasi bentuk asli.
·         Kristalisasi perasaan yang disebarkan.
·         Sebagai benda pendukung upacara religi.
3.      Seni Ukir
Seni ukir diartikan sebagai ragam hias yang bersifat kruwikan, buledan, sambung-menyambung, dan merupakan bentuk lukisan yang indah.  Bertolak dari pengertian tersebut, maka seni ukir sebenarnya adalah hasil suatu gambaran yang dibuat oleh manusia pada suatu permukaan yang dikerjakan sedemikian rupa dengan alat-alat tertentu sehingga permukaaan yang asal mulanya rata menjadi tidak rata (kruwikan dan buledan). Dengan demikian ciri utama suatu ukiran adalah membuat suatu permukaan menjadi tidak rata.
a.       Latar Belakang Seni Ukir di Indonesia
Kehadiran seni ukir di Indonesia sebenarnya telah tumbuh pada zaman purba ketika kesenian Indonesia menerima unsur-unsur seni Hindu. Dalam perkembangan waktu yang cukup lama, seni ukir menjadi milik bangsa Indonesia dan diwujudkan dalam mengisi dinding-dinding arsitekturnya. Hal ini dapat dilihat pada seni bangunan percandian yang memiliki karya-karya batu ornamentik yang indah.
Menurut Van den Berg dan Kroskamp, seni arca berasal dari bangsa Hindu, tetapi mereka mengatakan bahwa yang membuat candi dan arca di Dieng adalah orang Jawa sendiri. Seniman tersebut menciptakan bangunan di Dieng berdasarkan pengetahuan dari guru-guru mereka yang berasal dari India. Dengan demikian seni bangunan dan seni arca yang ada di Indonesia mempunyai corak tersendiri sebagai hasil dari kreativitas orang Indonesia.
Usaha pemeliharaan dan pengembangan seni ukir klasik ini dipertahankan terus dari bentuk serta keindahannya, sehingga mencapai puncak perkembangannya pada zaman keemasan kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Hal ini dapat diketahui dari berita perjalanan Hayam Wuruk yang ditulis oleh pujangga Prapanca yang berbunyi antara lain, bahwa dalam perjalanan tersebut Hayam Wuruk telah mengunjungi beberapa tempat suci seperti candi Penataran yang didirikan di lereng gunung Kelud. Pada dinding candi tersebut terdapat relief tokoh pewayangan dan juga banyak arca yang indah.
Sejalan dengan masa suramnya kerajaan Majapahit, berkembanglah agama Islam serta peradabannya di Jawa, khususnya di pantai utara Jawa. Bila pertumbuhan seni ukir diawali dengan masuknya agama Hindu di Jawa, maka berkembangnya seni ukir seiring dengan berkembangnya kebudayaan Islam yang berpusat di kesultanan Demak melalui proses akulturasi. Walaupun kerajaan Majapahit mengalami masa surut, namun tidak berarti membawa runtuhnya seni hias klasik di Jawa, bahkan ia merupakan awal dari perkembangan baru kebudayaan zaman madya dengan bentuknya yang khusus terutama adanya pengaruh agama Islam.
Dalam banyak hal kebudayaan Islam memang sangat ber- pengaruh terutama dalam pelarangan mewujudkan bentuk-bentuk figur ataupun makhluk hidup dalam setiap unsur ukiran. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya bentuk-bentuk yang telah distilir dari makhluk hidup tersebut. Pengaruh Islam juga menyebabkan seni patung tidak berkembang di Jepara, sehingga terjadi perbedaan yang nyata antara perkembangan seni ukir di Jepara dengan seni ukir yang berkembang di Bali.
b.      Jenis-Jenis Motif Hias
·         Motif Hias Percandian

Lambang kesuburan, terdapat pada Candi Prambanan. Bentuk plot mengekspresikan sulur-suluran dan bunga.

Motif tumbuh-tumbuhan sebagai lambang kesuburan terdapat di Candi Kalasan (Jawa Tengah)
·         Motif Hias Kedaerahan

Kiri menurun: motif hias Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta, Jepara. Kanan menurun: motif hias Majapahit, Pajajaran, Bali, Surakarta.
4.      Seni Kerajinan
Seni rupa Indonesia juga menghasilkan seni kerajinan yang memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa bentuk kerajinan adalah seni anyam, tenun, tembikar, kerajinan kayu,hingga seni sesaji.
a.      Seni Anyam
Seni anyam merupakan kerajinan kesukuan yang umumnya dilakukan penduduk pedesaan di Indonesia. Kerajinan itu, telah menyatu dengan kegiatan keseharian masyarakat tradisional dalam menghasilkan barang keperluan sehari-hari. Seni mengayam tidak memerlukan peralatan yang rumit dan bahannya ditemukan berlimpah di desa.
b.      Tembikar
Indonesia memiliki kekayaan tradisi pembuatan tembikar sejak masa prasejarah. Tradisi itu telah memenuhi kebutuhan masyarakat atas perkakas sehari-hari dan benda-benda upacara. Desa tembikar tradisonal ditemukan di seluruh Indonesia kecuali di Papua.
c.       Kerajinan Kayu
Persediaan kayu yang melimpah di Indonesia sejak dahulu kala menyediakan bahan mentah bagi kerajinan kayu. Di antara barang-barang kerajinan kayu yang penting dalam kehidupan sehari-hari adalah perabot rumah tangga, benda penghias, dan benda pelengkap.


Sumber :
Lestari, Puji. 2009. Antropologi Untuk SMA/MA Kelas XII Program Bahasa. Jakarta: CV HaKa MJ
Dyastriningrum. 2009. Antropologi Untuk SMA/MA Kelas XII Program Bahasa. Jakarta : PT. Cempaka Putih

1 comment :

  1. permisi min numpang share ya :)
    bosan tidak tahu mesti mengerjakan apa ^^
    daripada begong saja, ayo segera bergabung dengan kami di
    F*A*N*S*P*O*K*E*R cara bermainnya gampang kok hanya dengan minimal deposit 10.000
    ayo tunggu apa lagi buruan daftar di agen kami ^^

    ReplyDelete